;

20.11.17

Hukum The Law of Attraction, Pelibatan Allah dan Perlawanan terhadap Diri Sendiri


Tentang Perlawanan terhadap Diri
Katanya, orang-orang hebat tidak pernah instan meraih kesuksesannya
Bukan dengan tempat yang serba nyaman, fasilitas penunjang kehidupan yang terpenuhi, dukungan dari berbagai pihak
Bukan tentang itu
Bukan tentang itu semua
Orang-orang hebat adalah mereka yang memperhitungkan dengan tepat segala apa yang akan dilakukannya dengan penuh rencana
Tentu saja, di waktu yang tepat

Kenapa orang-orang hebat jumlahnya sedikit? Karena sedikit pula orang yang benar-benar memperjuangkan
Kita ingin A, B, C, dan kawan-kawannya
Kita tulis di buku-buku impian kita
Tanpa dasar, tanpa rencana mewujudkannya
Pastilah hanya akan menjadi coretan di seonggok kertas yang berangsur-angsur usang dan terlupakan

Katanya, musuh terbesar dalam perubahan adalah melawan diri sendiri
Melawan rasa malas dan keengganan untuk bergerak
Padahal, tidak ada yang tidak mungkin dari tujuan yang diusahakan
Tidak ada yang tidak mungkin dari perwujudan mimpi yang direncanakan untuk digapai
Melawan diri sendiri adalah tugas besar yang harus segera dilakukan
Atau kita akan tertinggal dengan rasa malas yang terus terusan

Hukum The Law of Attraction dan Pelibatan Allah
Hari ini (19/11/2017), momen berkumpulnya keluarga Youhtproject Scholarship, sebuah beasiswa hasil usaha kreatif Youthproject.id, kami saling bercerita, menyadari pentingnya perencanaan untuk mewujudkan mimpi. Bahwa mimpi harus benar-benar dimimpikan, dibayangkan secara mendetail. Seperti apa dan bagaimana kita meraihnya, langkah demi langkah, hari demi hari, progress apa yang akan kita raih dalam setiap tolak ukur perhitungan.

Kami mengingat-ingat, setahun yang lalu, sekitaran bulan Oktober, dalam suasana peringatan Hari Teknologi Nasional, kami mendapat kabar tokoh besar Indonesia, datang ke Solo, yakni Presiden RI ke-3, Habibie. Kami bergegas menuju bioskop tempat beliau berada, berharap bisa bertemu dengan beliau. Singkat cerita, kami menunggu, tanpa kepastian. Hanya saja kami yakin akan dapat menemui beliau, bagaimanapun caranya. Kami membayangkan secara mendetail, keluarnya Pak Habibie dari pintu, hingga membayangkannya menemui kami. Dalam proses menunggu tersebut, kami sempat bercakap-cakap dengan seseorang yang ternyata orang kepercayaan beliau, dan salah satu kakak kami mengingat beliau ada di salah satu scene Habibie & Ainun, yakni Pak Ruby. Ajaib! Ketika Pak Habibie keluar dari pintu, dan orang-orang berkerumunun menginginkan bertemu dengan beliau. Nama-nama kami berempat dipanggil oleh Pak Ruby, kami dipersilahkan untuk bersalaman dan berfoto bersama Pak Rektor dan Pak Natsir, Menristekdikti saat ini.

Hal di atas adalah salah satu contoh, bagaimana Alam akan mengarahkan kita kepada apa yang kita pikirkan, apa yang kita bayangkan. Bahwa keyakinan adalah modal utama dalam merencanakan dan mengeksekusi. Hukum The Law of Attraction – Hukum Tarik Menarik, bahwa apa yang kita pikirkan dengan fokus, apa yang kita minta dengan tulus, itulah yang akan kita tarik masuk ke dalam hidup kita.

Bill Gates akan gagal, terpuruk, dan terbuang ketika ia didrop-out dari kampus, merasa bodoh dan tidak melakukan apa-apa, namun sebaliknya, ia justru bangkit dan mencipta Microsoft yang jejaknya masih ada hingga kini. Jika Thomas Alfa Edison tidak pernah memikirkan sebuah bola kecil yang bisa mengeluarkan cahaya, mungkin kita tak akan pernah merasakan terangnya lampu. Jika kita merasa sakit, meskipun badan kita sehat dan bugar-bugar saja, pasti kita akan merasa rapuh dan kehilangan semangat.

Secara konsep, hukum The Law of Attraction merupakan ajaran barat, dipopulerkan oleh Rhonda Bryne melalui film dan buku “The Secret”. Sebagai seorang muslim, kita boleh mengilhami ajaran tersebut untuk memantapkan keyakinan bahwa kita bisa melakukan apapun apabila kita yakin dan fokus. Tentu saja, dengan melibatkan Allah dalam setiap keputusan, dalam setiap rencana.
Berpikir positif dalam setiap tindakan yang kita lakukan, alam akan menuntun kita kepada apa yang kita bayangkan, hanya saja ia tak tahu mana yang baik dan yang buruk. Sebab itu, kita harus bisa membedakan dan memilih apa-apa saja yang baik untuk dilakukan.

Begitu pula dengan pengharapan kepada Allah, diriwayatkan dalam hadist : Aku bersama sangkaan hambaku padaku (HR Bukhori), Aku bersama sangkaan hambaku padauk, jika sangkaannya baik maka baiklah baginya, dan jika sangkaannya buruk maka buruklah baginya (HR Ahmad).

Selamat menata lagi mimpi-mimpi, selamat menyusun rencana untuk mencapai ke sana
dan selamat menggapai impian !

16.11.17

Sepotong Cerita



Lalu-lalang orang, hal-hal yang tak pernah benar-benar ada, kamu yang tak pernah datang sebelumnya, aku yang acuh, dan kau dengan duniamu.

Hampir,
Setahun yang lalu kita bertemu
Dalam diam kita masing-masing
Waktu beranjak, membawa asa yang tersisa dari kelu masing-masing

Aku menyebalkan, katamu
Kamu, lebih lagi
Ujarku

Percakapan kita dalam setiap diam yang terlantun

Waktu kembali menyapaku
Mengabariku bahwa hadirmu sebentar lagi akan sirna

Tak akan lagi ada cerita-cerita
Semua akan benar-benar selesai


Selamat berlayar, captain!
Kusudahi buku cerita bergambarkan kamu di ampul utamanya
Semoga...


Sampai jumpa di lain waktu




31.7.17

Harga yang Harus Dibayar dari Sebuah Kemalasan


Aku percaya bahwa keajaiban akan selalu datang
Aku memercayainya
Sepanjang waktu

Hujan sepanjang tahun, memfasilitasi kegemaranku berlari-lari di bawah hujan
Tanpa tudung penutup kepala, atau semacamnya
Aku masih ingat, hari dimana aku merasa sangat pusing, dan batuk-batuk setelah satu hari sebelumnya aku berlarian bersama hujan
Ayah ibuku selalu menasehati, agar aku menghampiri tempat-tempat yang teduh bila hujan di keesokan hari kemudian menghampiri

Aku tetap mengulangi semuanya, hujan bagiku adalah sebuah hiburan
Melebihi rasa bahagiaku ketika bermain dengan boneka-boneka lucu yang ayah belikan kemarin
Bagiku, setiap tetesan air dari hujan yang datang adalah butiran doa yang jatuh ke bumi

Hanya saja, aku tidak sedang beruntung kemarin, batuk-batuk pasca hujan
Namun, aku tidak pernah menyalahkannya

Ia tidak bermaksud jahat, hanya saja, aku yang kurang beruntung.

Aku begitu keras kepala

Sama seperti yang kualami beberapa waktu yang lalu
Aku terlalu beranggapan segalanya akan baik-baik saja
Tentu saja, aku selalu memiliki hal-hal menyenangkan yang tidak dimiliki orang lain
Yakni: keberuntungan.
Payahnya, ia berulang.

Sampai-sampai, aku hampir meyakini bahwa aku terlahir menjadi orang beruntung
Apapun hal yang aku inginkan, yang aku rencanakan, tak satupun meleset dari sasaran
Jalanan tanpa terjal selalu menemaniku setiap hari

Hingga hari pembalasan itu pun tiba

Berkat segala kemalasanku, aku harus membayar total keseluruhan dampaknya

Aku tak lagi beruntung

28.7.17

Memulai dari Bawah Bukan Sebuah Dosa


"If you think that you can't, you get nervous to be the beginner, just try and try, make the best mindset in your mind that you can do, take a breath for a while and speak up!"

Aku mengingat-ingat betul perkataan Mis Novi sebagai the best quote of the day, terngiang-ngiang dan membekas di angan.

"Everyone come from the low position, not directly on the top. Learning something is a procees, step by steep, need a long time. So, don't judge your mind that you can't do. Suggest your self that it's your learning procees." ia menambahkan

Sekali lagi, aku mengungkapkan kebahagiaanku disini, diantara orang-orang yang semangat belajar. Tidak ada olokan satu sama lain karena gagal, tidak ada arang-arang yang patah karena merasa rendah.

Saling menghargai, karena misi yang sama. Belajar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.

Tak bisa dipungkiri memang, semua orang memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya. Namun, tentu saja bukan kemudian yang masih belum bisa semakin menyurutkan tekadnya.

Menyadari tidak bisa melakukan sesuatu adalah sebuah anugerah, satu langkah lebih depan ketimbang yang lainnya.

Bagusnya lagi, disikapi dengan keinginan untuk belajar dan terus meningkatkan diri.

Memulai dari bawah bukanlah sebuah dosa, ia adalah bentuk-bentuk kecil dari sebuah kebaikan

dan berada di bawah, benar-benar bukan hal yang memalukan

27.7.17

Bergerak atau Tergantikan


Jalanan yang tak pernah lengang, deretan pengendara sepeda berlalu lalang di sepanjang jalan.
Jalanan kecil, pun jalanan besar di kampung yang ramai dengan penjual cilok, jajanan sempol, dan lainnya.

Aku bernyanyi-nyanyi riang, menyanyikan deretan lagu-lagu yang tidap pernah terupdate dan dengan lirik yang tidak pernah lengkap.

"It doesn't matter, i'm happy with it" ujarku saat orang-orang menertawakan nyanyianku.

Terlalu banyak orang yang kutemui setiap hari, terlalu banyak nama-nama yang harus aku hafalkan, ah aku tidak yakin akan mengingat mereka semua selepas aku pulang ke Solo.

Lalu lalang orang mengingatkanku akan sesuatu hal, aku teringat salah satu jargon yang kutemui di sebuah kegiatan di Bogor sekitar satu tahun yang lalu, "Bergerak atau Tergantikan"

Terlalu banyak orang yang aku temui disini, dari berbagai usia, berbagai rentang akademik.
Sebut saja, dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, mahasiswa berbagai semester, mahasiswa yang sedang menunggu wisuda, orang-orang yang sudah bekerja, bahkan ada pula lulusan master degree beberapa universitas.
Aku dapat menemukan mereka semua disini.

Belajar tanpa nama, tanpa tahu darimana asal dan latar belakang akademik.
Hanya berdasar kemampuan bahasa Inggris.

Aku sering merasa malu, terlihat gagap di depan anak-anak yang masih bersekolah
Minim vocabularies, pronunciation yang buruk, dan pengetahuan yang sangat minim.

Ratusan orang setiap hari melalui jalan-jalan ini, kurasa..
Dari berbagai lembaga-lembaga bahasa inggris yang aku pun kesusahan menghitungnya
Bertebaran tutor-tutor pengajar bahasa inggris dimana-mana
Ratusan kukira, jika aku mengalikan jumlah kelas-kelas di setiap lembaga-lembaga pendidikan bahasa inggris disini.

Ah, banyak sekali orang yang bisa berbahasa inggris dengan baik.

Lalu lalang orang mengingatkanku pula dengan banyaknya jumlah orang-orang yang belajar bahasa inggris, setiap minggunya, setiap bulannya, setiap tahunnya bahkan.

Mereka datang dari berbagai penjuru nusantara, dari berbagai latar belakang budaya.
Mendatangi sebuah kampung kecil di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, Kabupaten Kediri demi memperbaiki kemampuan bahasa inggris.

Ah, aku sebenernya minder
Kupikir aku terlambat.

Banyak sekali orang-orang yang menyiapkan masa depannya dengan memulai satu langkahnya dengan bahasa inggris.

"Bergerak atau Tergantikan"

Begitu banyak orang yang sedang bergerak saat ini, begitu banyaknya, tak terhitung jumlahnya
Karena ketika hanya diam, kita akan begitu mudah ditinggalkan.

Tergantikan dengan mudahnya
Oleh mereka yang berkemampuan lebih.

Mari Bergerak!
Atau lambat laun kita akan Tergantikan oleh mereka yang terus bergerak.

25.7.17

Meng'kaya'kan orang-orang lain


Sering aku mencoba mencari-cari
Di setiap lipatan bajuku bahkan
Tentang jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di kepalaku

Alasan-alasan mendahulukan orang lain ketimbang diri sendiri
Aku menemukan di berbagai tempat
Aku analisis semuanya
Namun sayang, keinginanku untuk membagikannya kepadamu harus kuurungkan

"Aku tidak bisa mengingat semuanya"

Pertemuanku di sebuah rumah makan di Kampung Inggris
Aku sedang mencoba berbicara bahasa inggris dengan teman baruku, Faya namanya
Hingga kemudian aku menyerah dan berbicara kembali dengan Bahasa Indonesia untuk memperluas obrolan

Faya, perempuan Jambi yang datang kesini (Kediri, Jawa Timur) untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris
"Sama sepertiku," ujarku dalam hati waktu itu

Ia menambahkan, ia datang jauh-jauh dari Kediri dengan dukungan penuh orang lain
Keluarga bahagia yang belum dikaruniai keturunan

"Aku dibiayai semuanya, biaya program, akomodasi Jambi-Kediri, dan uang untuk aku makan, mereka baik sekali, padahal mereka pengasuh di pondokku, tidak ada ikatan apa-apa" ujar Faya

Aku tergugu, melihat beberapa perjuanganku untuk sampai kesini dan membandingkan dengan apa yang Faya dapatkan. Betapa beruntungnya dia bagai mendapat durian runtuh.

"Mereka memintaku untuk membantu mereka mengajar bahasa inggris anak-anak, aku bersikukuh tidak bisa bahasa inggris. Mereka terus saja menguatkanku, salah satunya dengan membujukku ikut program ini dan mereka sungguh baik" tambah Faya

aku tidak percaya, kepalaku berisikan pertanyaan-pertanyaan
Hingga aku menemukan konsep baru
Konsep tentang mengkayakan orang lain: tak melulu tentang uang dan segala yang berbau materialistik

Bahwa sesungguhnya, mengkayakan orang lain adalah rumus paling tepat untuk berinvestasi kebaikan dengan jangka panjang.

Mengkayakan ilmu khususnya

Mengukur Diri


Hidup adalah pusaran roda
Aku tak mengingkari ujaran-ujaran itu,
Kita menyadari, kadang kita berada di atas merasa dijunjung tinggi
Kadang kita berada di bawah, dtinggalkan oleh siapapun karena berbagai macam hal

Aku suka mendengarkan cerita, aku suka membaca buku-buku biografi, dan aku suka stalking kisah orang-orang sukses
Menyelam jauh membersamai kisah hidup mereka
Mencari jawaban-jawaban atas hal-hal unik yang orang-orang lain dapatkan
Bagaimana mereka bangkit dari keterpurukan yang teramat sangat
Bahkan, aku suka menghubungi mereka-mereka semua
Ah, dasar! Memang tak tahu malu aku

Setiap orang memiliki jalan-jalan sendiri, cabang kehidupan yang bermacam-macam, dan tentunya godaan dan hambatan yang datang dari berbagai macam arah

Sebenarnya, inti dari usaha-usaha mencapai kesuksesan tidaklah sulit
Hanya cukup rumus-rumus tentang kemampuan mengukur diri sendiri dan berani bergerak

Jika kita merasa tinggi, lihat orang-orang di atas kita.
Tak ada apapun yang bisa kita banggakan untuk menyombongkan diri

Jika kita merasa tidak memiliki apa-apa, coba melihat sisi-sisi perjuangan orang-orang yang telah mencapai suksesnya
Tidak semuanya dari nol: benar
Tapi tidak semuanya pula memiliki angka-angka sebagai modal penentu kesuksesan

Jika kita merasa rendah diri, lihat kembali bagaimana kemampuan kita mengukur diri
Kalau jarak menuju sukses masih sangat jauh
Kurangi istirahat, percepat langkah, dan rencanakan perjalanan sebaik-baiknya

Berani bergerak
Berani mengubah kebiasaan-kebiasaan yang buruk
Berani melangkah lebih jauh dan mencoba lebih banyak

Belajar dari kisah-kisah hidup orang-orang sukses
Sekecil apapun kesalahan akan tetap menjadi kesalahan
Sekecil apapun perjuangan akan tetap menjadi bagian dari umur perjuangan kita

Biarkan roda-roda terus berputar, asalkan mentalmu sekuat baja.

15.7.17

Di Jalanan

Kujumpai orang-orang di sudut-sudut jalanan
Bersama bising-bising replika
Bersama dengan asap-asap yang melesat
Aku tak menginginkan apapun

Gema-gema suara menyapaku sesuka hati
Bersama dengan senyum-senyum palsu
Aku tidak mengenali mereka semua

Aku hanya merindukanmu

Aku tak akan mencarimu di sini
Aku tak akan menemuimu di manapun

Aku tak lagi membeda siang dan malam
Semua tak lagi berjarak
Segala cerita tak lagi berarti

Tak ada kata yang terucap
Tak ada lagi tatap yang bersambut
Tak ada lagi senyum yang terlukis indah

Darimu....

Hanya kujumpai orang-orang di sepanjang jalan

Ingin kuteriakkan keras-keras
Aku tak membutuhkan mereka semua

Hanya karena rindu

11.7.17

Diantara Para Pejuang


Aku tak pernah memungkiri bahwa kita bisa belajar dimana saja dan dari siapa saja
Aku selalu membenarkan,
Bahwa lembaran-lembaran kehidupan adalah ilmu-ilmu nyata yang bertebaran dan dapat kita dapatkan kapan saja dan dari mana saja
Tentu saja, berbekal kemampuan memilih yang tepat
Kemana kita akan belajar, dan dengan siapa kita akan berguru

Aku merasa beruntung, memutuskan pilihan yang kuanggap tepat
Berada di antara para pejuang: istilah yang kunamai sendiri untuk orang-orang di sekelilingku saat ini

Mengisi liburan dengan sebaik-baiknya
Bukan berarti aku menganggap apa yang aku lakukan adalah yang terbaik: bukan, bukan begitu
Aku sedang memuji diriku sendiri kurasa: menghargai diri sendiri tidak ada salahnya, bukan?

Kupikir, jauh lebih banyak para pejuang-pejuang yang lain, dengan cara yang berlainan tentunya
Yang jauh lebih berjuang lebih keras ketimbang kami yang ada disini

Aku berbicara tentang opportunity cost, selalu ada yang harus dikorbankan dari sebuah pilihan
Pesanku setiap kita jangan takut untuk memilih dan memutuskan

Aku tak bisa lagi mengutarakan seberapa bahagianya aku di sini, di antara para pejuang
Diantara orang-orang yang merelakan liburannya untuk hal-hal yang lain

Sungguh, aku tak menemukan orang-orang yang lesu disini
Semuanya bersemangat
Semuanya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
Semuanya
Yang kemana-mana mengayuh sepeda dengan bahagianya
Yang kutemukan di warung-warung makan, di toko-toko buku, di kelas-kelas yang berjarak, dan di sepanjang jalan


Aku belum akan bercerita banyak
Yang pasti, aku begitu bahagia berada diantara para pejuang


#3 #30haribercerita

Kita yang Tak Bisa Membahagiakan Semua Orang


Pernah ga sih kita terpikirkan untuk selalu berbuat baik?
Tentu saja pernah

Pernah ga sih kita merasa sudah berbuat baik tetapi terus saja dianggap banyak dalih?
Tentu saja pernah

Pernah ga sih kita menganggap apa yang kita lakukan masih dalam koridor kewajaran tetapi ternyata melukai orang lain?
Tentu saja pernah

Pernah ga sih kita dicerca bahkan disindir-sindir untuk kesalahan-kesalahan yang tidak kita mengerti penyebabnya?
Tentu saja pernah

Pernah ga sih kita bersedih hati atas anggapan-anggapan orang atas apa yang kita lakukan?
Tentu saja pernah

Pernah ga sih kita berusaha menjelaskan maksud-maksud kita tapi dianggap angin lalu?

Setiap orang memiliki kuasa atas hati dan pikiran, setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan berprasangka

Jangan bersedih, teruslah mengoreksi diri dan lanjutkan kebaikan-kebaikanmu

Jangan kecewa, kebaikan tidak boleh putus hanya karena anggapan-anggapan orang lain

Perbaiki hati dan niat dari setiap hal yang kita lakukan

Kita renungkan bersama, rasulullah yang sudah dijanjikan surga Allah saja selalu mendapati kebencian-kebencian orang lain ketika melaksanakan dakwah, diludahi, dilempari kotoran tapi beliau tetap sabar, menerima, dan tanpa henti melakukan kebaikan

Teruslah berbuat baik
Meski orang-orang lain tidak menyukaimu

Karena kita tak akan pernah bisa membahagiakan semua orang


#2 #30haribercerita

9.7.17

Jodoh dan Perempuan


Aku sudah berkata kepadamu, aku hanya akan menulis
Aku akan bercerita kepadamu, tentang apa saja

Beberapa hari yang lalu, hashtag #haripatahhatinasional kembali berseliweran di Instagram, tempat berkumpulnya anak-anak muda di dunia daring.
Sebabnya, Muzzamil, tokoh idola kaum hawa ini resmi mempersunting Sonia, adik tingkatnya di kampusnya dulu.

Sontak, akun-akun nikah muda tak luput sedikit pun memberitakan, mengupload postingan foto-foto romantis pasangan halal.
Bahkan, Salim Afillah, Ridwal Kamil tak ketinggalan mengucap selamat atas mempelai yang sedang terkembang senyumnya diikuti dengan komentar beribu-ribu jumlahnya

Tak lama, muncul postingan-postingan pesaing, menyindir perempuan-perempuan sebagai kaum menye-menye yang terlalu mengharap kepada sang idola.

Ah, perempuan !
Aku selalu mengharap ia istimewa
Kadang lemah selemah tangkai-tangkai yang layu oleh terik
Kadang tegar seperti kaktus yang tahan keluhan

Aku hanya menyayangkan sikap-sikap yang kurang pantas, tentang penantian-penantian perempuan dan tentang keinginan-keinginan akan jodoh terbaik yang sering membuat lupa diri

Aku tidak terlalu peduli dengan anggapan-anggapan menye-menye yang akan diberikan kepadaku selepas menulis tulisan ini. Tentang jodoh dan masa depan.

Pembicaraan tentang jodoh semakin kemana-mana,
Aku pun tak memungkiri, persiapan menuju kehidupan mendatang adalah dengan berbekal jodoh terbaik

Aku tak pernah menyalahkan akun-akun nikah muda yang sering membuatmu senyum-senyum sendiri membacanya, pun aku tak pernah menyalahkan istilah-istilah manfaat dari menikah secepatnya, pun aku tak kuasa menahan untuk ikut-ikutan membicarakan jodoh ketika yang lain membicarakannya

Aku hanya menyayangkan, perempuan-perempuan yang katanya cerdas itu semakin terlenakan oleh pembahasan-pembahasan tentang jodoh dan pernikahan

Ungkapan-ungkapan, "Orang baik hanya untuk orang baik, pun kebalikannya" sering sekali menjadi pegangan hidup kaum-kaum hawa
Hingga banyak yang alpa mengartikan dan berlomba-lomba menjemput jodohnya ibarat lari sprint tanpa rintangan

Bukankah ada kematian yang juga tak pasti datangnya?
Bisa saja kematian lebih cepat datang ketimbang jodoh, bukan?
Namun, kebanyakan darai kita justru abai

Perempuan-perempuan hebat, mari mengubah sudut pandang
Mengganti obrolan-obrolan tentang jodoh kepada hal-hal yang lebih bermanfaat
Terlalu membosankan jika hidup kita dipenuhi dengan obrolan cengingas cengingis tentang laki-laki, jodoh, dan menikah secepatnya

Alangkah baik kita menjadikan diri kita bemanfaat bagi orang lain, untuk keluarga, masyarakat daripada berpikir dan membicarakan tentang jodoh dan lagi-lagi jodoh

Perempuan ditakdirkan menanti, menunggu, dan memutuskan
Tapi tidak dengan diam tanpa memikirkan orang lain

Bukankah di belakang lelaki hebat selalu ada perempuan hebat?
Mari menghebatkan diri kita terlebih dahulu !



#1 #30haribercerita

8.7.17

30 Hari Bercerita


Bismillah

Aku menyebut hari ini dan hari-hari ke depan adalah titian perjuangan
Aku membayangkan titian kayu berpenampang kecil yang harus dilewati dengan hati-hati
Berhati-hati atau jatuh sia-sia

Aku selalu percaya bahwa berangan-angan tanpa perjuangan adalah kesia-siaan
Sia-sia? Bukankah angan tak butuh biaya?
Iya benar.
Tapi kamu membutuhkan waktu

Bukankah waktu justru lebih berharga?

Berawal dari tugas peliputan event beberapa bulan yang lalu, tentang peluncuran buku dan program internasional kampus tercinta, aku menyadari bahwa ketidakbisaan harus dilawan
Percaya diri harus dibangun, sedini mungkin

"Wah, gila ya Mbak, program sekeren ini ga banyak mahasiswa yang tahu, padahal kampus udah baik banget ngadain program beginian" ujarku kepada rekan liputanku kala itu

Ia mengangguk-angguk mengiyakan

"Mbak, ayo daftar! kayaknya kesempatannya gede sih, ga banyak yang tahu" tambahku.

"Iya, aku mau coba" tuturnya sambil tersenyum

Hari berlalu, aku tetap diam di tempat hingga tenggat waktu pendaftaran selesai
Aku tak punya program yang diajukan, tak punya rencana, dan tak berusaha mengusahakan
Alasannya klise: minder, karena tak jago bahasa Inggris

Sedang rekan liputanku dulu yang bahkan aku mengajaknya mendaftar program dia lolos seleksi dan akan berangkat ke Belanda

Aku senang, hanya saja malu dengan diri sendiri

Lagi!

Ada program magang ke luar negeri yang fully funded tapi hanya kuacuhkan begitu saja
Masih dengan alasan yang sama
Sedangkan teman-temanku yang mendaftar banyak yang kemudian lolos

Aku semakin malu pada diri sendiri

"Is, Kamu ngga akan pernah bisa berbahasa Inggris sampai kamu mau belajar dan membiasakannya" ujarku pada diriku sendiri

Aku kembali mengingat hukum sebab akibat, bahwa apa yang kita tanam adalah apa yang kita unduh
Kalau kita tidak melakukan apapun, masak iya kita berharap akan mendapat apa yang kita inginkan?

Kemudian aku berpikir.
Bahasa Inggris akan sangat penting ke depan
Menjadi salah satu jembatan meraih harapan dan cita-citaku ke depan

Akhirnya kuputuskan merantau lebih jauh
Berbekal nekat dan semangat

Bismillah

Aku akan mengorbankan banyak hal
Aku menyebutnya investasi
Segala sesuatu perlu untuk dipersiapkan bukan?

Bismillah

Kepadamu, aku akan bercerita
Tentang memoar perjalanan dan ilmu-ilmu yang kutemukan di jalan
Aku akan bercerita
Tentang apa saja

Tunggu dan doakan aku..

6.7.17

Menentukan Arah (2)

Melupakan nama-nama hari, pun juga deretan angka-angka di kalender adalah ciri-ciri memasuki libur panjang
Bertemankan dengan ponsel
dan suara adik-adik yang berisik di rumah menjadi rutinitas sehari-hari

Libur idul fitri ditambah libur semester mengakibatkan tanggal-tanggal terlewati tanpa aktivitas berarti
Tentunya, setelah momen-momen silaturahmi berakhir dengan pulangnya kembali sanak saudara kembali ke tempat asalnya
Pun juga tema-teman yang mulai kembali ke rutinitasnya di kota-kota

Namun lain,
Libur panjang kali ini membuatku berpikir
Rehat sejenak dari aktivitas rutinan dan mulai mempersiapkan beberapa hal
Aku menyebutnya berkemas

Ada hal-hal besar yang harus dipersiapkan
Ada banyak hal yang harus ditulis
Aku sedikit merubah kata-kata yang sering kupegang teguh

"Tulislah semua mimpimu, karena ketika kamu mulai melupakannya. Ia akan menjagamu berkomitmen untuk meraihnya"

Tidak
Kita tidak boleh hanya menulis mimpi-mimpi kita
Namun juga rencana
Rencana-rencana untuk menggapai mimpi-mimpi kita
Kita tulis sesederhana mungkin

Karena mimpi akan tetap dan terus menggantung di angkasa
Tanpa akan pernah terwujud
Kecuali kita memberanikan diri melangkahkan kaki

Sedang langkah-langkahmu akan terbata-bata tanpa rencana yang nyata



2.7.17

Menentukan Arah (1)


Kali ini, aku akan bercerita
Bukan mengajakmu mengingat perjalanan-perjalanan dan pilihan mu akan jodoh seperti yang Mas Gun utarakan di bukunya yang berhasil membuat teman-teman seusia saya baper parah.

Tapi tentang cerita-cerita yang lain, dengan sudut pandang lain, bahwa secepatnya kapal sudah akan berlabuh, layar sudah harus terkembang, dan tujuan harus sudah tentu pasti.


Tak bisa dipungkiri, kebiasaan menunda-nunda adalah penyakit kronis yang sering saya alami.
Bukan bermaksud menuduh, tapi kupikir begitu pun juga dengan kebanyakan orang.

Saya selalu merasa bahwa segala sesuatu akan berjalan baik dan telah diatur sedemikian rupa.
Banyak sekali hal-hal yang sebelumnya kita rencanakan berujung gagal
Menuai ke-tidak-jadian karena ke-tidak-siapan
Namun kita santai-santai saja
Tanpa beban
Alasannya?
Karena kita belum menentukan kemana  kapal kita akan bersandar dan mendarat

Pernah saya berpikir, angan demi angan yang terlintas dan kita cita-citakan hanya sekedar gaya dinamis
Yang dapat bergerak dan berubah sesuai kata hati

Sering kita merasa telah bekerja dengan keras, berpikir dengan sangat melelahkan
Tapi kita merasa tidak melakukan apa-apa
Bahkab merasa melakukan hal sia-sia
Karena tidak pernah mengerti akan tujuan

Menentukan arah
Menentukan kemana kaki akan melangkah
Menentukan kemana kapal akan berlabuh

Karena, sebaik-baik kehidupan adalan yang direncanakan
Karena sebaik-baik rencana adalah yang terarah

1.7.17

Berjalan Lebih Cepat


"Nanti saja"
"Iya, nanti"
"Tunggu saja, nanti, bukan sekarang"

Ah, aku ingat ucapan-ucapanku itu
Sering sekali aku mengucapkannya
Lebih sering aku ucapkan kepada diri sendiri

Terbiasa membiarkan hidup berjalan sendiri
Membiasakan segala sesuatu seperti air yang mengalir
Seadanya saja
SepemberianNya saja

Mungkin, kita justru sering lupa perintah-perintahNya
Menjadi khalifah tangguh yang memperjuangkan kebaikan

Membicarakan kesuksesan, kita sering terlena
Melihat kesuksesan yang lain terkadang bukan menjadikan diri kita lebih keras berjuang
Tapi justru melenakan, karena kita menganggap segala sesuatunya mudah

Hidup orang lain direncanakan oleh mereka
Hidup kita? Kita sendiri yang merencanakan
Segala sesuatu dengan kehendak Allah tentunya

Tapi mereka-mereka yang sukses dengan mudahnya
Atau mereka yang memperjuangkan dengan susah payah kemudian sukses
Bukanlah diri kita

Masing-masing dari kita memiliki cerita tersendiri
Tentunya Allah mengharapkan kita untuk senantiasa berjuang

"Bukan yang paling pintar, tapi yang paling bersungguh-sungguh."

Kadang perlu ada yang menampar untuk menyadarkan

Bahwa jalan yang ditempuh masih sangat panjang
dan kita tertinggal jauh,

Bahkan ketika kita menemukan jalan yang sama
Dengan rute dan arah yang sama
Bahkan, belokannya pun sama

Bedanya, yang lain memiliki kendaraan masing-masing
Sedang kita hanya memiliki kaki untuk berjalan
Kita tak memiliki kendaraan yang akan membantu kita menempuh perjalanan
Berarti kita harus lebih keras berjuang,
Lebih keras berusaha dan tentunya:

Kita harus berjalan lebih cepat.

29.6.17

Kepingan Cerita Indahnya Bersyukur (2)


Di ruangan persegi panjang yang cukup luas, berjejeran figura-figura berisikan wajah-wajah pahlawan Indonesia, mulai dari Cut Nyak Dien, Ki Hajar Dewantara, Supriyadi, Pattimura, dan yang lainnya, pun lengkap dengan foto Presiden dan Wakil Presiden yang sedang tersenyum seolah-olah ingin menyapa dua gadis perempuan yang kini berada di ujung ruangan kelas.

"Selamat yaa semester kemarin kamu dapet rangking satu," ucap Ratna

"Pasti kamu dapat hadiah yaa dari orang tuamu senangnyaaa," tambahnya lagi

"Aku tidak dapat hadiah apa-apa," ujar Rissa

"Masak? aku saja yang tahun ini rangking tiga dapat boneka baru, tahun kemarin aku dibelikan baju baru sama orang tuaku" tambah Ratna dengan polosnya.

"Emm, ngga tau tapi aku bener tidak diberi apa-apa kok"

"Ayahku aja janji, kalo aku dapat rangking satu aku mau dibeliin sepeda lhoo, tapi selalu kamu yang jadi rangking satu," tutur Ratna sedih

"Oo mungkin karena aku sering dapat rangking satu jadi biasa deh buat orangtuaku," jawab Rissa menghibur diri.

Rissa tidak pernah mengerti, ia hanya membayangkan andaikan dirinya menjadi Ratna, pasti tiap semester tumpukan hadiah akan diterimanya dari orang tuanya. Kadang Rissa menunggu-nunggu, apa yang akan diberikan orang tuanya kepadanya ketika dia mendapat rangking satu di semester berikutnya, di tahun berikutnya, di kelas berikutnya, tapi sama saja Rissa tak pernah mendapatkan apapun.

***
Rissa kembali ke dunia nyata, setelah memoar-memoar kenangan masa lalu terlintas begitu saja saat Ratna berjalan di depan matanya.

"Ratnaaaa" seru Rissa dari seberang jalan

"Eh Rissa, apa kabar?" Ratna mendekat menuju Rissa

"Baik, alhamdulillah. Kamu bagaimana?"

"Alhamdulillah baik juga, nunggu siapa Ris?"

"Ini aku nungguin ibuku lagi belanja di toko itu, kamu lagi ngapain di sini?" tanya Rissa

"Aku mah udah dari tadi pagi jam 2 di sini, aku jualan sayur sama ibuku," ujar Ratna

"Ohya ? Jam 2 dini hari?" tanya Rissa

"Iya, ah aku mah biasa, tiap hari juga begini, aku selalu bangun jam 2 pagi buat bantuin ibuku jualan"

"Gilak, serius ? Kuliahmu bagaimana?"

"Ya gini, tiap hari aku bangun jam 2, jualan di pasar pagi sampai jam 6, aku mandi di pasar dan langsung ke kampus sampai sore," jelas Ratna

"Ohya? Kamu keren banget Na" ujar Rissa tidak percaya

"Ya, gimana lagi kalau aku ga bantuin ibuku, kasian, aku juga ga mungkin bisa kuliah" papar Ratna sembari tersenyum.

"Kamu kayaknya aktif banget ya Ris? Ikut banyak kegiatan?" tanya Ratna kemydian

"Iya nih, aku ikut a, b, c, jadi ya jarang pulang ke rumah sekarang."

"Wah, kamu sih bisa ya, kalo aku ngga mungkin bisa, kuliahku sudah sampai sore, belum ditambah praktikum, belum bantuin ibuku malemnya, dan aku harus sudah siap berangkat dari rumah jam 2 setiap hari" ujar Ratna

"Gapapa Na, saatnya kita bersusah-susah dulu untuk mencapai hal manis di kemudian hari."

"Aku tidak merasa susah kok Ris, justru aku bersyukur, bisa membantu ibuku, tidak merepotkan, dan aku bisa kuliah tahun ini, yaa meskipun tertinggal satu tahun dari kamu, hehe" tambah Ratna


Kali ini Rissa tersenyum, hatinya perih. Ia membayangkan waktu-waktunya yang sebenarnya longgar untuk berorganisasi karena ia memang diberikan nikmat untuk itu, nikmat waktu untuk bermanfaat. Ia membayangkan seandainya dirinya harus bangun jam 2 pagi setiap hari, membawa keranjang sayuran di atas motor, ke pasar yang cukup jauh dari rumahnya, kemudian memutarkan dagangan sayurnya ke kampung-kampung untuk membiayai kuliahnya.

Sedangkan ia, yang diberikan nikmat waktu yang luas belum mampu menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Rissa kembali membayangkan bagaimana Ratna yang melakukan aktivitas rutinnya tanpa mengeluh sama sekali.

Rissa kembali berpikir, anggapan-anggapan buruk tentang mahasiswa-mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang) belum tentu benar adanya. Rissa kembali meyakinkan pada dirinya, "Setiap orang berjuang, dengan caranya masing-masing."

Rissa kembali mengingat-ingat kenangan masa lalu, Ratna teman kecilnya di sekolah dasar. Yang dulu, sering Rissa berandai-andai menjadi Ratna kini harus berjuang lebih dari dirinya. Bahkan, perjuangan yang teramat sangat keras tanpa keluhan sama sekali.


"Sungguh, kita pantas bersyukur atas segala hal yang kita miliki." ujar Rissa dalam hati


28.6.17

Kepingan Cerita Indahnya Bersyukur (1)


Kepingan ingatan tentang hal-hal yang sepantasnya kita syukuri

Sebagai salah satu manusia era kini, yang lazim, dekat dan akrab dengan teknologi media sosial instagram, momen-momen berkumpul menjadi viral di akhir ramadhan seperti ini.

Kupikir akan terus berlanjut hingga pasca lebaran.

Mulai dari event-event buka bersama dengan kelompok teman A hingga kelompok teman Z.
Dilanjut event-event reuni dari reuni SMA, SMP, SD, TK (mungkin) hingga momen berkumpulnya sahabat-sahabat dan teman-teman yang entah bertemu dimana dan tentunya momen-momen berkumpul dengan keluarga, baik keluarga inti mapun keluarga dari mbah, mbahnya mbah, dan lain-lainnya.

Kali ini saya ingin mendongeng,

Alkisah, sang tokoh utama dalam cerita (sebut saja Rissa) sedang asik mengscroll-up media instagram yang memang sedang eksis dan digandrungi berbagai usia. Di waktu-waktu yang seperti ini, minim postingan foto selfi, yang masuk grade atas adalah foto bareng-bareng di kafe-kafe dengan agenda-agenda yang sebelumnya telah tersebutkan di atas.

Hampir sama dengan Rissa, jadwal bukber di tempat A, B, C dengan organisasi F, organisasi K, teman dari D, R, M, dan sebagainya mengisi penuh kotak reminder di google kalender smartphonenya. Pun juga sudah cukup banyak momen-momen yang dibagikan Rissa di akun instagramnya.

Pada suatu hari, sampailah momen dimana Rissa menghadiri acara reuni sekolah menengahnya, singkat cerita, tersebutlah beberapa temannya yang kini mandiri, berjualan jajan lebaran dan menjadi sponsor utama acara reuni, ada yang bercerita tiap pagi berjualan buah di pasar sebelum dan sepulang kuliah, ada yang membantu suaminya bekerja dan cerita-cerita lainnya.

Hingga kemudian Rissa teringat sesuatu hal, tentang salah satu teman yang tidak datang ke acara reuni, yang mempertemukan orang-orang yang sudah lebih dari lima tahun tidak bersua.

"Oiya kok Fajrina ngga dateng ya?" tanya Rissa ke temen-temennya
"Fajrina belum libur kerjanya" ujar seseorang
"Lah, bukannya ini sudah H-3 lebaran? dan bukannya Fajrina kuliah?"
"Iya, dia kerja sambil kuliah, dia membiayai kuliahnya sendiri. Ya belum libur, baru akan libur di hari H lebaran, soalnya dia jaga toko, pasti lagi ramai-ramainya" ujar temannya lagi.


Kini Rissa terdiam, sungguh cara seseorang memaknai kebahagian benar-benar berbeda, Rissa semakin terdiam, sungguh banyak orang-orang di luar sana yang tidak seberuntung dirinya. Rissa menunduk, sungguh rasa bangga berkumpul dengan orang-orang tersayang yang dipostingnya di instagram justru bisa jadi membuat orang lain bersedih karena tidak bisa melakukan hal serupa.


Selesai

15.6.17

Takjub


Langit gelap, tanpa bintang. Meskipun tak ada awan kumulus yang bergegas menampakkan dirinya bersama dengan rintik hujan.

Langkah-langkah bergegas, aku pun begitu.

Kupikir aku terlambat, kupercepat langkahku mengambil air wudhu dan menaiki anak tangga

MasyaAllah....luar biasa banyak....
Kupikir tak akan sebanyak ini,..
Shalat tarawih di malam ke-21 ramadhan

Sehabis shalat, aku mencoba membuka obrolan dengan orang-orang di sampingku.
Anak kecil, Syabilla namanya, 10 tahun, ia datang untuk menghafal Al-Qur'an
MasyaAllah...
Perempuan paruh baya, dari Jember, satu keluarga ke Solo pun juga untuk menghafal Al-Qur'an

Singkat cerita, aku bertemu dan berkenalan dengan perempuan berbagai usia, ada yang dari Jakarta, dari Jogjakarta, dari Jawa Barat, dari Jawa Timur untuk menghafal Al-Qur'an di acara I'tikaf Qurani yang diselenggarakan masjid kampusku.

Bahkan, kudengar-dengar, ada peserta I'tikaf yang berasal dari luar pulau.
Dengan total keseluruhan 1000 peserta I'tikaf, baik peserta I'tikaf Qurani maupun I'tikaf Reguler
MasyaAllah...

Untuk sekian kalinya, aku takjub
Untuk ke-sekian kalinya aku sangat bangga akan masjid kampusku
Untuk ke-sekian kalinya aku sangat bersyukur, menjadi mahasiswa di kampus Qur'an
Dan dikelilingi oleh orang-orang yang sangat baik

Aku takjub

Bahkan aku sangat malu
Ketika orang-orang lain beranjak untuk memuji nama-Nya, bersujud kepada-Nya
Berlomba-lomba mencintai Qur'an dengan bertilawah, menghafal, dan mentadaburrinya
Sepanjang waktu
Tidak ingin ramadhan begitu saja terlewat
Sedang aku? Masih saja menyelingkuhi Al-Quran dengan ponsel pintar yang tak henti-hentinya kupegang
Masih saja mengisi waktu dengan kesia-siaan

Dan aku selalu cemburu
Pada perempuan-perempuan yang mencintai Rabb-Nya daripada segala hal di dunia


Langit masih gelap, Aula Nurul Huda penuh sesak, anak-anak tertidur pulas, sedang lantunan suara tartil Al-Qur'an masih menggema dari para perempuan-perempuan yang berhasil membuatu cemburu, begitu menyejukkan..

MasyaAllah...

14.6.17

Estafet Kebaikan


Sering kita berpikir
Kenapa ya Allah selalu baik kepada kita?
Kenapa Allah selalu menolong kita, bahkan sebelum kita meminta kepadaNya

Sering sekali...
Kita berpikir bahwa Allah selalu ada untuk kita
Kapanpun
Dimanapun

Akhir-akhir ini aku menemukan sedikit jawaban
Bahwa Allah memang selalu baik kepada hamba-hambaNya

Karena Allah percaya kepada kita
Karena Allah percaya kita siap mengemban amanah

Untuk mengestafetkan kebaikan
Agar kita dapat membantu orang-orang lain yang kesusahan

Bukan tanpa sebab Allah berbuat baik kepada kita

Telah disebutkan perintahnya,
Hablum minnallah
Hablum minannaas

Allah percaya kepada kita

Bahwa kita akan istiqomah membantu siapapun

Lantas, apa yang sudah kamu lakukan selama ini?
Malukah sama Allah?

:)

Orang-orang Baik dan Mereka yang Terkuat


Langkahku belum juga sampai di depan pintu,
Mereka menghambur
Merengkuh dan memelukku begitu saja
Bergantian
Bahkan aku belum mengenal mereka
Senyum mereka menyeruak
Mengembang di pipi-pipi kurus mereka

"Astaga, gigi mereka pada gigis"  batinku sambil tersenyum
"Astaga, tangan mereka bintik-bintik" ujarku kemudian (masih dalam hati)

Icha tersenyum, ia paham apa yang kusebutkan dalam hati

Mereka menyalamiku satu per satu
Masih dengan senyum yang sama
Mengenalkan nama-nama mereka
Hingga aku hampir melupakan dimana aku berada
Aku bersama mereka yang mengidap HIV/AIDS sejak lahir

Ah rasanya aku mendadak ingin menangis kemudian

Mereka tetap tersenyum
Kini menarik dan mengajakku bermain
Mereka rata-rata di bawah 7 tahun kurasa
Ada yang 3 tahun

Mereka yang terkuat
Yang terkucilkan oleh stigma dan rasa takut sekeliling

Bersama mereka kutemui senyum-senyum yang lain
Yang tak kalah manisnya
Mereka, para orang-orang baik
Yang senantiasa merawat dan mencipta senyum-senyum para ksatria kecil yang sedang berjuang melawan sakit

"Kak, besok kesini lagi ya.." ujar Okta, salah satu dari para ksatria

Orang-orang baik itu tersenyum, aku mengikuti



***

"Kamu tahu yang tadi di pojokan Is?" tanya Kak Janet, satu dari para pahlawan baik itu
"Iya, yang kurus banget dan terpisah dari temen-temennya?"
"Yap, namanya Mahfud, dia baru datang, menggantikan Rasti."
"Rasti?" tanyaku
"Iya, dia meninggal awal Juli lalu"

Ah aku kembali tertegun

Semoga ksatria dan pahlawan-pahlawan baik itu selalu dijaga Allah



12.6.17

Menjadi Yang Dicintai


Akhir-akhir ini saya mempertanyakan beberapa hal,

Terkait pemimpin, kepemimpinan, dan satu kata tambahan, 'Yang Dicintai'

Setiap orang bisa menjadi pemimpin, bisa mengarahkan, bisa menjadi panutan, bisa membahagiakan orang lain, dan bisa tentunya menjadi role model bagi orang lain.

Mungkin saya dan teman-teman yang membaca tulisan saya ini sudah khatam akan makna definitif kata pemimpin.

Dengan menjadi pemimpin seseorang bisa mengajak, mempengaruhi, dan membuat orang lain melakukan apa yang pemimpin katakan.

Menjadi pemimpin memang terlihat keren, terlihat gagah, dan memiliki kekuasaan lebih dibanding mereka yang dipimpinnya.

Mungkin teman-teman yang membaca tulisan saya ini pun sejatinya merupakan pemimpin, yang memimpin dirinya sendiri, yang memimpin orang lain baik dengan sengaja maupun tidak.

Tentunya, ada pemimpin yang baik, ada pula pemimpin yang buruk. Ada yang sanggup membawa kebaikan, ada yang justru sebaliknya.

Semenjak saya berada di lingkungan kampus, tempat bejibunnya organisasi-organisasi mahasiswa dengan berbagai bentuk dan jenis, saya merasakan dengan sangat bahwa sungguh pemimpin bisa ketemukan dimana saja.

Akhir-akhir ini pula saya yakini bahwa hal terpenting bagi seorang pemimpin adalah bagaimana ia mampu merebut hati orang-orang yang dipimpinnya dan menjadikan ia sebagai sosok 'Yang Dicintai',

 'Yang Dicintai'

Tanpa hal tersebut, kepemimpinan seorang pemimpin hanyalah seperti kalender lama yang kemudian terbuang, awalnya digunakan, dianggap sangat penting, dielu-elukan, tetapi setelah habis masanya ia ditanggalkan dan diganti dengan yang baru tanpa menyisakan kesan dan kenangan.

Seperti contoh, kita memiliki ide brilian, ide hebat yang kemudian kita anjurkan kepada orang lain, kepada siapapun yang kita pimpin, kita pengaruhi siapapun yang kita ketemui dan mereka pun terpengaruh. Mereka akan melaksanakan. Pasti. Apalagi kita adalah sosok pemimpin dalam arti pemimpin struktural. Namun, ketika kita bukan merupakan pemimpin 'Yang Dicintai' setelah habis masa kita memimpin, habis sudah ide kita karena dilaksanakan sebagai program oleh orang-orang yang kita pimpin.

Berbeda ketika kita merupakan pemimpin 'Yang Dicintai', orang-orang yang kita pimpin akan menjadikan kita benar-benar role model, menjadikan ide kita sebagai sesuatu yang solutif dan membawa kebermanfaatan, sehingga akan dilaksanakan secara kontinyu. Selain itu, tentu saja kita akan menjadi pemimpin sepanjang masa, karena meskipun masa kepemimpinan kita sudah habis, kita tetap menjadi pemimpin bagi siapapun yang kita pimpin, bagi orang-orang di sekitar kita karena kita merupakan pemimpin fungsional (red: pemimpin berdasarkan fungsi, bukan berdasarkan struktur).

Menjadi 'Yang Dicintai', saya tidak berbicara arti kepemimpinan dalam lingkup yang luas, pemimpin bukan saja ia yang mempunyai kuasa besar, yang mempunyai banyak pasukan, melainkan kepada setiap kita, setiap pemimpin yang ada di muka bumi ini, setiap kita yang terlahir untuk mampu memimpin diri kita dan menjadi makhluk sosial yang membutuhkan dan dibutuhkan orang lain.

Mari berlomba-lomba menjadi 'Yang Dicintai'

Yang dicari ketika tidak ada, yang dirasakan manfaatnya ketika ada, dan senantiasa dibutuhkan orang lain, yang senantiasa mampu sebisa mungkin tidak mengecewakan orang lain.

Bismillah, mari kita sama-sama mengikhtiarkan diri kita menjadi 'Yang Dicintai'

10.6.17

Bulan Tersenyum di Wajahmu


"Segala apapun di dunia ini atas kuasaNya Mbak, Ia maha berkehendak atas segala sesuatu," ujar Dimas kepadaku

Angkasa menggenapkan janjinya untuk sejenak mengistirahatkan mentari
Gemerlap bintang malu-malu menampakkan diri
Hanya satu dua kurasa

Aku bertemu dengannya malam ini
Bertemu rembulan yang mengajakku tersenyum
Meskipun perih
Meski aku harus menahan sekuat tenaga agar air mataku tidak tumpah

Hatiku teriris

Tak sanggup

"Doakan saja Mbak, aku percaya Allah selalu menolong hamba-hambaNya," ujarnya lagi

Aku tersenyum

Perih

"Kamu bercita-cita buat jadi apa Dek ke depan?" tanyaku

"Apa ya Mbak.., jadi pengusaha, bikin usaha sendiri Mbak," jawab Dimas


Aku tahu kamu hanya ingin sembuh secepatnya Dim, ujarku dalam hati

Allah

Aku tidak sanggup


"Kamu daftar SBMPTN kan?" tanyaku

"Daftar Mbak, tapi sama aja, aku nggak ikut tes Mbak, udah gabisa jalan," ujarnya lagi


Aku kembali tersenyum

Melihatnya tersenyum, dengan Osteosarcoma di kakinya

"Iya Mbak, mohon doanya aja ya"


Rembulan memang tak menampakkan dirinya malam ini
dan sekarang aku tahu alasannya

Karena ia telah berpindah tempat
ke wajahmu


Dimas...

9.6.17

Tukang Komentar


Baru-baru ini aku sedang mengoreksi diriku sendiri
Aku baru menyadari bahwa aku memang suka berkomentar
Entah berkomentar tentang apapun itu
Entah dengan solusi maupun non solutif

Mungkin kadang orang-orang berpikir aku begitu menyebalkan
Terlalu banyak bicara dan berkomentar
Mengomentari berbagai persoalan

Mungkin pula orang-orang jadi begitu takut denganku
Atas komentar-komentar dariku
Atas saran-saran yang terkadang tak masuk akal

Mungkin orang-orang pun sebal denganku
Yang sering pula tak memberikan solusi atas hal-hal yang aku komentari

Tapi kembali lagi,

Bukankah ketika kita melihat sesuatu hal salah atau kurang benar kita memang berkewajiban untuk mengingatkan?

lantas apa yang salah dengan berkomentar?

Daripada kita diam saja melihat sesuatu yang salah dan mendiamkannya lebih baik kita angkat bicara bukan?

Lalu apa yang salah dengan berkomentar?

Dibilang tidak solutif?

Bukankah kita manusia biasa? Bukan manusia supercerdas yang sanggup memberikan jawaban atas apapun?

Bukankah alangkah baik, ketika kita tahu sesuatu itu salah, kita bisa mengajak untuk bersama-sama memecahkan masalah dan mencari solusi?

Bagiku tak ada yang salah dari menjadi tukang komentar

Meskipun, memang kita harus tau tempat dan sebisa mungkin menjauhkan dari menyakiti hati orang lain

Pasukan Kebaikan


Karena sesunguhnya orang baik itu banyak
Orang yang ingin berbuat baik itu banyak
Mereka hanya butuh tempat untuk berbuat kebaikan
Mereka hanya butuh tangan yang menggerakkan


Betapa bahagianya aku hari ini

Bersama sahabat dan teman-temanku yang baik, aku mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan oleh organisasi mahasiswa di kampus.

Mahasiswa yang katanya acuh itu tak kutemukan sama sekali disini

Pagi buta, sekitar pukul dua dini hari sekitar 60an orang rela bangun dan beranjak untuk Sahur On The Road -- membagikan bungkus-bungkus nasi sebagai santap sahur untuk masyarakat Kota Solo

Tak kulihat sesal dan sedih sedikitpun dari mereka
Semuanya tampak bahagia, meski ada beberapa yang telihat menahan kantuk karena menggadaikan tidurnya
Mereka begitu bersemangat
Dengan senyum dan pipi yang mengembang

Sore hari, masih dengan kegiatan yang tak berbeda jauh
Kutemukan lagi pasukan-pasukan kebaikan dengan dominasi orang-orang berbeda
Tak ada keluhan, menjinjing belasan kotak makanan di genggaman tangan
Berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain

Masih dengan senyum dan semangat yang sama dengan pasukan sebelumnya,

Pasukan kebaikan tak pernah habis bukan?

Untuk melipatgandakan kebaikan tak perlu muluk-muluk
Ajak saja orang-orang di sekelilingmu

Kalau belum ada tempat untuk menampung hasrat-hasrat bermanfaat bagi sesama
Saatnya kita yang menginisiasi
Jangan pernah menakut-nakuti diri kita dengan rasa takut

Bukankah dengan semakin banyaknya pasukan akan memperlebar kesempatan kita untuk melipatgandakan kebaikan ?

Bersyukur Sebanyak-banyaknya

Sepandai-pandainya manusia ialah ia yang pandai bersyukur

Angin berembus, mencipta dingin tak terkira yang menghunus kulit
Lampu kiri kanan jalan menebar cahaya sekeliling
Mempermudah langah-langkah kami untuk beradu dengan jalanan yang sepi

Pukul 02.00 dini hari

Biasanya aku sudah terlelap di jam-jam ini, atau kalau sedang mengalami masa begadang aku sedang bersiap-siap menuju tidur

Tapi lain dengan hari ini, bersama teman-teman organisasiku
Kami menyusuri jalanan
Tak kusangka
Di kanan kiri jalan, kudapati orang-orang beraktivitas
Layaknya siang kala matahari menyingsing

Mereka yang menyapu jalanan, mendorong gerobak dengan gunungan sampah
Mereka yang mengayuh perlahan sedel penggerak lingkaran roda
Mereka yang bersiap-siap menjajakan dagangannya di selasar jalanan

Kulirik lagi jam tanganku, masih jam dua lebih lima belas menit,

"Gilak ! Kalau mereka jualan jam segini, jam berapa mereka mulai mempersiapkan dagangannya?" pikirku

"Gilak, lantas kapan mereka istirahat dan menikmati hidup?" tanyaku dalam hati

Aku tak mengerti

Sering aku mengeluhkan keadaan
Bahkan urusan remeh temeh tentang sebab kenapa aku harus bangun pagi-pagi
Tentang bagaimana begitu tidak bersyukurnya aku dengan kiriman uang tiap bulan dari orang tuaku yang kurasakan terus menerus kurang

Padahal aku hanya menjalankan kewajiban
Tidak memperjuangkan seperti orang-orang lain memperjuangkannya

Aku memunduk malu

Seberapa banyak hal yang aku miliki dan tidak dimiliki orang lain?
Seberapa banyak aku bersyukur dan membantu yang lain?
Barang sedikit saja -

20.2.17

Dan Janganlah Kamu Berharap Kepada Kebaikan


Manakala hati telah berbisik
Siapa gerangan yang akan mampu mengusiknya?
Manakala kita terlalu berharap kepada manusia
Lantas, apakah kita siap menanggung resikonya?

Kebaikan manusia. Banyak orang yang berbondong-bondong melakukan kebaikan. Banyak yang berjuang mengatasnamakan kebaikan. Banyak yang berbuat baik dengan embel-embel dibalas dengan kebaikan. Apapun itu, virus kebaikan telah menular. Menyebabkan semakin banyaknya pasukan-pasukan kebaikan yang siap pasang badan memberantas kejahatan dan ketidakmerataan kemakmuran.

Poin yang ingin saya garis bawahi adalah niat yang salah dalam menebar kebaikan. ‘

Kebaikan dibalas kebaikan. Jangan kemudian diartikan seperti rumus satu ditambah satu sama dengan tiga dikurangi satu yang hasilnya sama dengan dua. Hukum alam dengan hukum Allah tentu sangat berbeda.

Meluruskan niat. Baik tidak harus terlihat baik. Orang baik tak perlu menunjukkan dirinya baik. Dari setiap kebaikan yang kita lakukan tak perlu kita berharap kebaikan kita akan dibalas oleh orang lain serupa.

Bukankah kita ketahui bersama bahwa kepahitan yang teramat sangat itu ialah ketika kita berharap kepada manusia?


Karena manusia adalah tempat hawa nafsu, egois dan apatisme bersarang. Luruskan niat lillah karena-Nya semata. Karena berharap kepada manusia jusru akan menimbulkan sakit yang luar biasa. 

19.2.17

Mendefinisikan Bahagia



Beberapa hari ini, aku merasakan bahagia tak terkira. Entahlah, bahagia itu mengalir begitu saja tanpa sebab yang bisa kuutarakan. Kalau kamu yang baca ini dan merasa tulisan ini sungguh berlebihan, silahkan saja. Toh aku yang menulis, Hehehe

Mendefinisikan bahagia, 

Bahagia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan): - dunia akhirat, hidup penuh -; 2 a beruntung' berbahagia;

Katanya bahagia itu mengarah kepada banyak hal yang bermakna menyenangkan.

Bahagia, bukan sesuatu yang dipaksakan, namun bisa datang kapanpun, bahkan tanpa diinginkan kedatangannya. Mendefinisikan bahagia tentu bukan sesuatu yang mudah, yang mem-bahagia-kan (v) bagiku, belum tentu membahagiakan bagimu, mereka, bahkan -nya.

Untuk bahagia pun tak melulu muluk-muluk. Hal-hal kecil bisa berbuah membahagiakan. Barangkali di sela-sela capekmu, di sela-sela senyumnya, di setiap kegiatan yang kita lakukan, kita akan merasa sangat bahagia.

Definisi bahagia memang sangat sulit ditafsirkan, karena sifat absurb dan kaya akan subjektifitas. Bahagiaku memang belum pasti membahagiakanmu. Apa yang membahagiakanmu belum tentu kutafsirkan membahagiakan untukku.

Aku hanya mencoba mendefinisikan bahagia. Mendefinisikan keasbsurban menjadi definisi yang bermakna. Barangkali dari definisi yang kubuat bisa lebih dipahami oleh orang lain yang mengharapkan merasakannya.

Meskipun kebahagiaan sungguh bersifat relatif. Bersyukurlah kita yang masih mendefinisikan bahagia dengan cara-cara sederhana. Seperti pertemuanku dengan adik-adikku di SD Sanggrahan, aku yang keracunan virus semangat dari relawan pengajar SD Sanggrahan. Bahagia bisa menyelesaikan tugas tepat waktu, bahkan ketika melihat sahabatku sudah sembuh dari sakitnya.

Kebahagiaan bisa kita temukan dari mana-mana. Tak usah khawatir. Allah selalu punya rencana terbaik untuk merajut kebahagiaan hamba-hambaNya.

21.1.17

Cinta tak Sampai--



"Aku terlalu naif untuk bilang mencintaimu saja, hingga akhirnya kupalingkan mukaku ke muka-muka yang lain. Kubagikan cintaku banyak-banyak ke mereka semua,termasuk padamu. Padahal, tuk mendua pun aku belum mampu sepenuhnya, harus kutanggung sendiri memang--"

Manusia setengah robot, tak berhati, tak berperasaan, itulah aku
Sosok yang ingin keceritakan dalam serial ini
Menjelma menjadi manusia super yang menebar pesona kemana-mana
Ikut tertawa dalam kubu-kubu yang selalu didamba banyak yang lainnya.

Harus kuakui, keahlian menebar pesona dan membuat orang-orang terpesona itu sudah kuplajari dari nenek moyangku dahulu, jadi memang betul kalau kamu seharusnya memang tidak menyepelekanku.

Tak hanya itu tentunya, kumpulan-kumpulan keberanian telah lama hinggap dalam hidupku
Salah satunya mencuri hati dan menebar cinta ke penjuru nusantara (sebelum terkena paham internasionalisasi).

Akhirnya, kubagi-bagikan cintaku ke mereka semua, bahkan sudah kubuatkan tabel-tabel pembagian cinta yang sesuai dengan analisis-analisis para manajer di singgasana-singgasana konglomerat itu. Kuberikan cinta yang sama rata dalam persepsi fitrah manusia, kau pun mengangguk, menerima, dan kelihatan senang.

Sampai di sebuah titik yang membosankan, aku baru menyadari, cintaku tak pernah sampai kepadamu.