;

31.7.17

Harga yang Harus Dibayar dari Sebuah Kemalasan


Aku percaya bahwa keajaiban akan selalu datang
Aku memercayainya
Sepanjang waktu

Hujan sepanjang tahun, memfasilitasi kegemaranku berlari-lari di bawah hujan
Tanpa tudung penutup kepala, atau semacamnya
Aku masih ingat, hari dimana aku merasa sangat pusing, dan batuk-batuk setelah satu hari sebelumnya aku berlarian bersama hujan
Ayah ibuku selalu menasehati, agar aku menghampiri tempat-tempat yang teduh bila hujan di keesokan hari kemudian menghampiri

Aku tetap mengulangi semuanya, hujan bagiku adalah sebuah hiburan
Melebihi rasa bahagiaku ketika bermain dengan boneka-boneka lucu yang ayah belikan kemarin
Bagiku, setiap tetesan air dari hujan yang datang adalah butiran doa yang jatuh ke bumi

Hanya saja, aku tidak sedang beruntung kemarin, batuk-batuk pasca hujan
Namun, aku tidak pernah menyalahkannya

Ia tidak bermaksud jahat, hanya saja, aku yang kurang beruntung.

Aku begitu keras kepala

Sama seperti yang kualami beberapa waktu yang lalu
Aku terlalu beranggapan segalanya akan baik-baik saja
Tentu saja, aku selalu memiliki hal-hal menyenangkan yang tidak dimiliki orang lain
Yakni: keberuntungan.
Payahnya, ia berulang.

Sampai-sampai, aku hampir meyakini bahwa aku terlahir menjadi orang beruntung
Apapun hal yang aku inginkan, yang aku rencanakan, tak satupun meleset dari sasaran
Jalanan tanpa terjal selalu menemaniku setiap hari

Hingga hari pembalasan itu pun tiba

Berkat segala kemalasanku, aku harus membayar total keseluruhan dampaknya

Aku tak lagi beruntung

0 comments:

Post a Comment