;

17.11.13

Kebebasan.......
Hal yang selalu diiginkan semua orang di dunia ini, namun, kebebasan tak akan sepenuhnya terpenuhi, ketika sang surya terpaksa bersembunyi di balik awan dan sang kumulus menumpahkan air banhya di litosfer bumi, tak akan ada yang menghentikannya. Begitu juga aku yang ingin memiliki segala yang aku inginkan. Ekonomi, prinsip ekonomi mengatakan bahwa "Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas, manusia akan mencoba memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan sesedikit mungkin". Namun, apalah daya bila tangan tak sampai. Pungguk tak mampu menggapai bulan. Dan apa yang aku inginkan tak sesuai harapan. "Menyesal" kata yang hampir setiap kali aku ucapkan baik dalam hati maupun langsung keluar dari mulutku yang berbisa. Ketika aku tak mammpu menjaga harapan yang selalu aku pendam di dalam hatiku. Ketika aku bercerita tentang masa lalu,persahabatan,cinta,mimpi,harapan,dan masa depan. Ketika aku benar-benar sendiri di dunia ini. Ketika emosi,amarah,dendam,kekecewaan,keegoisan bergejolak di dalam jiwaku. Menghancurkan berjuta-juta bintang di dalam bilik kosong ruang jantungku yang semakin menyempit,sesak menepak-nepak dadaku. Ketika aku benar-benar merasa tak mampu bertahan,sulit rasannya untukku bernapas dengan masalah yang kian mencuat. Badai belum hilang,gempa sudah datang. Masalah tak henti-hentinnya datang kepadaku. Entah kapan semuaanya berakhir. Yang aku yakin, Allah selalu bersamaku,menemaniku hingga ajal menjemputku.

1.4.13

Pohon Cinta

           Aku menamainya begitu,bukan karena aku sedang mencintai seseorang,sedang jatuh cinta,atau apalah itu,namun aku begitu takjub alangkah baik Allah menciptakan pohon yang gagah perkasa,rindang,menyenangkan,dan indah,teduh,nyaman,serta menawan. Disini di lapangan sekolahku yang bak raja siag dikelilingi punggawa-punggawanya yang merupakan bangunan kelas di sekolahku,menjuntai bak permadani hijau yang membentang memikat hati,aku melihat pohon itu tegak berdiri dan berbentuk melengkung dari sisi menuju ketengah di kedua sudutnya,seperti bentuk hati dalam ungkapan I LOVE YOU,<3 begitu bentuknya,indah bukan ?
           Dari isi kepalaku yang aku kira hanya setitik dari kecanggihan otak Alberth Einstein aku bisa menyimpulkan pohon itu adalah lambang cinta dan kasih sayang antar siswa,antar guru,siswa dan guru,dan antar penduduk sekolahku. Ajaib bukan ?
          Lihatlah ! ,dari kelas 12 IPA 7 yang ada di pojok atas ruangan kelas 12 di bagian selatan itu pun tampak sekali,pohon itu berbentuk LOVE,bukannya aku Alay atau Lebay tapi memang fakta,pohon itu besar,daun-daunnya menyeruak membentuk jaring-jaring yang siap setiap saat menjerat siapapun kedalamnya,daun yang bermuka dua itu menggelorakan semangatku untuk tersenyum memandang bangku persegi panjang hitam berkaki empat yang tengah mengantarkan seseorang meraih kesuksesan di bawah tegarnya pohon cinta.

21.3.13

Pudarnya Pesona Bahasa Jawa

          Saya sedang mengaji di sebuah rumah milik Bapak Zaenal,disana banyak anak kecil berumur sekitar 4-15 tahun,namun saat itu ada seorang anak kecil berumur 2,5 tahun yang merupakan keponakan dari bapak Zaenal,bocah itu  mengajak saya berbicara,berbicara dengan bahassaya tertegun melihatnya,bocah itu menggunakan bahasa jawa dalam tingkatan krama inggil yang biasanya dipakai oleh orang-orang "sepuh" yang sayapun kurang mengerti dengan apa yang dibicarakan anak tersebut. Semenit kemudian muncullah seorang wanita berjilbab yang dengan lemah lembut berbicara dengan anaknya dengan menggunakan bahasa yang sama pula. Dari peristiwa itu ,jelas bahwa seorang ibu sangat berperan bagi kepribadian dan bahasa anak.
          Bahasa Jawa memang saat ini kurang dihirauakan oleh masyarakat,khususnya orang jawa sendiri,apa gunanya mempelajari bahasa yang sulit dan ada tingkatan-tingkatannya,jika ada bahasa yang resmi menjadi bahasa kebanggaan nasional,"Bahasa Indonesia",dan itu merupakan salah satu wujud rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia yang menjadi pemersatu bangsa Indonesia. Anggapan itulah yang membahana di negeri kita,khususnya masyarakat di kota-kota besar yang merasa lebih praktis menggunakan bahasa Indonesia.
          Bahasa Indonesia,bahasa pemersatu bangsa Indonesia merupakan budaya Nasional yang berasal dari budaya Lokal,namun bukankah Budaya Lokal harus tetap ada dan dilestarikan oleh masyarakaty lokal sebagai ciri khas dan kebanggaanya ? Namun apa yang terjadi di negar kita ? Untuk melirik saja malas apalagi mempelajarinya. Lantas siapa lagi yang akan melestarikannya selain kita ?
          Terlintas lagi di benak saya,beberapa hari yang lalu ketika saya dan ibu saya berkunjung kerumah seorang teman,ibu saya bertanya "Bapak wonten ndalem ?" kepada seorang gadis yang membukakan pintu untuk kami,"Wonten,bapak nembe adus",kata gadis itu,dan ibu saya pun tersenyum getir mandengar ucapan gadis iitu. Sebegitu parahkah dunia kita saat ini ? Untuk berbahasa krama saja sulit sekali rasanya untuk dipraktikkan di era global ini.
          Bahasa Jawa,bahasa yang sulit diartikan dengan tingkatan Bahasa Ngoko,Ngoko Alus,Krama Andhap,dan Krama Inggil. Namun dibalik itu peranan Bahasa Jawa sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat,diantaranya untuk menghormati orang yang lebih tua,meningkatkan kesopanan dengan orang lain,bahkan menjadi maskot masyarakat jawa yang sopan,santun,lemah-lembut,dan saling menghargai.
          Di era globalisasi ini digembor-gemborkan wacana untuk mengenal dan mempelajari bahasa asing di seklah-sekolah terutama bahasa inggris dan ditambah bahasa asing lain seperti Bahasa Mandarin,Jerman,Perancis,Jepang,hal itu memang sangat dibutuhkan bagi kita nantinya,untuk bersaing di dunia internasional,dan agar tidak ketinggalan zaman khususnya di bidang tekhnologi dengan negara-negara lain,apalagi Indonesia masih dalam taraf negara berkembang,namun apakah karena alasan itu bahasa daerah dipojokkan dan bahasa asing lebih ditekankan ?
          Pernah juga saya mendengar wacana bahwa pada kurikulum yang akan datang,bahsa daerah akan dihapus. Bukankah itu berarti jati diri kita juga dihapus ? itu sangat tidak etis jika suatu saat nanti bahasa daerah,khususnya Bahasa Jawa menjadi milik bangsa lain seperti Suriname yang berlomba-lomba belajar Bahasa Jawa untuk diterapkan di negaranya. Apa jadinya nanti kalau orang jawa asli justru tidak mengerti Bahasa Jawa sendiri ? Mau ditaruh dimana muka kita ? 

Rurinitas

Sama
Hari sama
Sama hari
Ini hari
Sama hari
Sama esok
Hari sama
Ini
Kemarin hari
Sama ini
Sama ini
Sama hari
Sama sama
Hari
Ini esok
Sama hari
Hari aku
Hari hari
Lalu

20.1.13

Kebetulan

Kebetulan memang tidak ada yang tahu kapan
Bisa sering sekali datang
Bisa pula tak akan datang
Kebutuhan memang kadang ada
Disaat yang dimana kita butuh
Disaat kita mengharapkannya
Kadang pula ketika kita 
Tak ingin dia datang
Kebetulan ya memang kebetulan
Tak ada rumus pasti yang bisa menebaknya
Itulah kebetulan
Kebetulan itu relatif
Mungkin saja kita menyebutnya
Kebetulan
Ketika ada suatu kebetulan
Yang kebetulan secara kebetulan
Kebetulan bukan berarti betul
Bisa saja salah
Bisa saja adalah harapan
Bisa juga mematikan
Ketika merugikan