Negarawan Muda
Gelorakan Aksi: Cintai Negerinya, Cintai Budayanya, Lewat ACBI!
Oleh: Isna Nur Insani/Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Bukan lautan hanya kolam susu – Kail
dan jalan cukup menghidupimu – Tiada badai tiada topan kau temui – Ikan dan
udang menghampiri dirimu - Orang bilang tanah kita tanah surga - Tongkat kayu
dan batu jadi tanaman
Kolam
susu. Sebuah metafora atas betapa kayanya Indonesia. Sepintas, lirik lagu yang
dinyanyikan oleh grup musik Koes Ploes di tahun 60-70an tersebut menggambarkan
tanah Indonesia yang bagaikan surga, sumber daya alamnya melimpah, membentang
dari ufuk timur ke barat, berserak indah bak permadani di langit-langit surga.
Kaya alamnya, cantik rupanya, dan menawan keanekaragaman budayanya.
Koentjaraningrat
memberikan definisi budaya sebagai sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan
belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180). Kebudayaan Indonesia beragam, meliputi pakaian
adat, rumah adat, bahasa, senjata tradisional, kesenian, kuliner atau masakan
tradisional termasuk jajanan pasar.
Revitalisasi Pasar Tradisional Dukung
Penuh Ekonomi Kerakyatan
Pasar
tradisional menjadi salah satu penopang penting, karena keberadaaannya menjadi
salah satu tolak ukur kemajuan ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan merupakan
sistem perekonomian yang mana pelaksanaan, pengawasan, dan hasil dari kegiatan
ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Sistem perekonomian dibangun
pada kekuatan ekonomi rakyat, kegiatan dari ekonomi yang dapat memberikan
kesempatan luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian
dapat terlaksana secara baik. Pasar tradisional merupakan laboratorium raksasa pelaksanaan
ekonomi kerakyatan. Segala aktivitas keseharian di pasar tradisional meliputi
aktivitas jual beli merupakan marwah dari pencapaian terciptanya ekonomi
kerakyatan.
Dikutip
dari Pemerintah Kota Surakarta, (2014:18) sebanyak 43 pasar tradisional yang
ada di Kota Surakarta menjadi sasaran prioritas dalam program revitalisasi. Hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya saing pedagang kecil, menata Kawasan
kaki lima, dan menimbulkan kesan pasar yang bersih dan nyaman. Apabila kita
amati dengan saksama, pasar-pasar di Kota Surakarta memang sedang berbenah,
sebut saja Pasar Gede, Pasar Gading, Pasar Sidodadi, Pasar Triwindu, Pasar
Ngarsopuro, Pasar Pucang Sawit dan lain sebagainya, secara fisik program
revitalisasi dari pemerintah berjalan dengan baik dan lancar.
Ketika pasar telah dibangun
sedemikian rupawan, menyediakan tempat yang nyaman untuk pedagang, lantas
mengapa pada realita lapangan, pasar tradisional masih saja kalah eksis
dibanding pasar modern yang kebanyakan dikapitalisasi kaum-kaum beruang?
Jawabannya, karena pembangunan yang ada, revitalisasi yang berjalan, hanya menyasar
fisik semata.
“Bangunlah jiwanya,
bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”
Negarawan
Muda Terapkan Inovasi 2M+1K
Dari kacamata politik, dalam ensiklopedia,
melalui Sudarsono dijelaskan bahwa negarawan atau statesman is
usually a politician or other notable figure of state who has had a long and
respected career in politics at national and international level.
Tidak hanya terbatas oleh definisi politis, Negarawan ialah
pemimpin yang melekatkan sifat-sifat kenegarawanan pada dirinya sehingga bukan
hanya menjadi pemimpin secara struktural atau dalam arti lain pimpinan, tapi
benar -benar menjadi pemimpin yang memimpin dan mengayomi serta memikirkan
nasib orang lain (Sudarsono, 2010).
Sebagai wujud pemasaran jajanan pasar,
negarawan muda yang terdiri atas penerima manfaat beasiswa aktivis nusantara
(Baktinusa) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta angkatan 3 hingga
Baktinusa 7 terus melakukan upaya dalam memasarkan pasar tradisional. Salah
satu upayanya adalah mengeksiskan kembali jajanan tradisional. Hal tersebut
dilakukan melalui aksi cinta budaya Indonesia (ACBI) dengan membuat bisnis
wirausaha jajanan pasar dan membentuk wirausahawan pasar.
Penerima manfaat Baktinusa UNS menerapkan
inovasi 2M+1K yang merupakan singkatan dari Mikro-Makro + Kreativitas. Mikro
merupakan inovasi yang dilakukan melalui hal-hal sederhana, berfokus pada
branding produk, mengenalkan dan memasarkan kembali jajanan pasar kepada
masyarakat melalui sosial media, dan lain sebagainya. Makro merupakan inovasi
pengembangan pasar tradisional melalui jalur advokasi, dengan bekerjasama
dengan pemerintah setempat menjadikan jajanan pasar sebagai jajanan tradisional
khas daerah masing-masing.
Mikro dan Makro adalah ranah tataran
kerja atau strategi yang dilakukan untuk menjayakan kembali pasar. Hal yang tak
kalah penting adalah penekanan unsur kreativitas dalam melakukan dua strategi
tersebut. Berikut ini inovasi program 2M+1K yang akan saya lakukan sebagai
penerima beasiswa aktivis nusantara 8 UNS dalam ranah mikro, yakni dengan menerapkan
program Apresiasi Pahlawan Pasar, pemberian apresiasi kepada penggerak pasar
tradisional, baik penjual maupun pembeli bahwa kedatangan mereka di pasar
tradisional adalah wujud menyelamatkan ekonomi kerakyatan. Apresiasi tersebut diberikan
kepada penjual maupun pembeli dengan pemberian stiker dengan icon pahlawan pasar yang berguna untuk
mengapresiasi, mengingatkan untuk melestarikan jajanan pasar, dan ajakan untuk
kembali ke pasar tradisional kepada masyarakat luas. Program selanjutnya adalah
advokasi pedagang agar keluh-kesahnya tersampaikan kepada pengelola pasar dan pemerintah
setempat. Ketiga, pemetaan pasar agar lebih mudah digunakan sebagai tempat akad
jual beli, dan terkhusus untuk re-branding
jajanan pasar diperlukan upaya pengenalan inovasi baru yang disesuaikan dengan
selera pasar kepada penjual jajanan pasar, contohnya serabi greentea keju, kue pukis hazelnut dan yang lainnya,
Program 2M+1K dalam ranah Makro antara
lain berhubungan langsung dengan stakeholder pasar untuk mendukung program ini.
Sebagai contoh, dengan pendekatan kepada pemerintah dan stakeholder pasar, program Apresiasi Pahlawan Pasar bisa serentak dan
masif dilakukan apabila terdapat regulasi dari pemerintah.
Memasarkan Jajanan Pasar Wujud Nyata
Aksi Cinta Budaya Indonesia
Ragam
kuliner tradisional Indonesia merupakan pencerminan budaya dan tradisi yang berasal
dari kepulauan nusantara. Jajanan pasar adalah makanan tradisional Indonesia
yang diperjual-belikan di pasar khususnya di pasar tradisional. Jajanan pasar
begitu banyak jenisnya antara lain es potong, lidi-lidian, martabak mini, gulali,
arummanis, -- kue cubit, pisang goreng, mochi, martabak, serabi, lemper,
klepon, getuk, kue putu, onde-onde, risol, ketan, kue lapis, dan masih banyak
lagi.
Gerakan
Aksi Cinta Budaya Indonesia (ACBI) merupakan salah satu wujud nyata kepedulian
pemuda Indonesia untuk menjayakan kembali pasar tradisional melalui jajanan
pasar. Jajanan pasar sejatinya sudah dikenal oleh masyarakat, akan tetapi kian
ditinggalkan karena dianggap ketinggalan zaman. Untuk itu program-program 2M+1K
yang direncanakan menjadi penting untuk direalisasikan, agar prinsip ekonomi
yang memihak rakyat tidak sekarat, agar kebudayaan Indonesia terus berjaya,
baik untuk saat ini, esok hari, dan selama-lamanya.
Pembangunan bisa
dilakukan dengan banyak cara,
Dari sekian yang berharrga,
yang utama adalah membangun manusianya!
Negarawan muda!
Mari merawat Indonesia dengan membiarkan
jantung perekonomian rakyat tak pernah surup masa kejayaannya!
Referensi:
Anwar, Rosihan. Sutan Sjahrir: negarawan humanis, demokrat sejati yang mendahului zamannya. PT Gramedia
Pustaka Utama, 2011.
Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota
Surakarta, Revitalisasi Pasar Tradisional
Solo, Surakarta: Dinas Pengelola Pasar, 2014.
Liliweri, Alo. Makna budaya dalam komunikasi
antarbudaya. PT LKiS Pelangi
Aksara, 2003.
*sumber foto: Pinterest