;

30.10.18

Diamuk Api, Pasar Legi Luluh Lantak



Kebakaran meluluhlantakkan Pasar Legi, Surakarta, Senin, (29/10/2018).

Solo – Kompas, Kebakaran hebat meluluhlantakkan Pasar Legi, Solo, Jawa Tengah, Senin (29/10/2018). Sebanyak 1.500 los dan kios ludes terbakar.  Tidak ditemukan korban jiwa dalam peristiwa ini. Jumlah kerugian belum dapat dipastikan. 

Menurut pantauan Kompas, api dengan cepat merembet dan membesar membakar los dan kios yang berada di lantai satu maupun lantai dua bangunan Pasar Legi. Sedikitnya, 50 mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk membantu proses pemadaman api.

Menurut salah satu pedagang sore, Sulistyani (38), api mulai muncul sejak pukul 16.30 WIB dari lantai bangunan depan sisi utara.

“Asap hitam mengepul dari lantai dua bagian depan pasar dengan tiba-tiba,” ujar Sulistyani.
Sulistyani mengatakan, saat terjadi kebakaran, kondisi di bagian dalam pasar relatif sepi karena pedagang pasar sudah pulang. Pedagang yang berjualan lantas bergegas menyelamatkan barang dagangan yang bisa diselamatkan.

Hingga pukul 22.00 WIB api masih belum bisa dipadamkan. Hal tersebut karena banyak terdapat material barang dagangan pedagang yang terbuat dari baan-bahan yang mudah terbakar, sehingga proses pemadaman terhambat.

Kepala Dinas Perdagangan Solo, Subagiyo mengatakan, ada sekitar 1.500 los dan kios di lantai satu dan dua dari total 2.269 los, kios, dan pelataran di Pasar Legi.


“Pemkot Solo akan mencarikan tempat sementara bagi para pedagang agar bisa berjualan paska kebakaran,” ujar Subagiyo.


(Isna Nur Insani)


3.4.18

Jangan Sekali-kali Meragukan Allah



Aku bangun cukup kesiangan pagi ini, seperti biasa, bergegas sholat shubuh dan kali ini bersiap-siap menuju Klaten untuk take video tugas kuliah.

Kulihat handphoneku, ada pesan dari orang yang sama di tiga jejaring sosial mediaku.

"Ada apa nih? Pasti penting," ujarku dalam hati tanpa menghentikan tanganku yang sedang mengaitkan jarum ke jilbabku. 

Panggilan telepon.

Kugeser pola telepon warna hijau di layar gawai dan kupulih loudspeaker agar aku tetap menyelesaikan aktivitasku (meng-set kerudung pashmina). Aku memburu waktu pagi ini karena terlambat dari waktu janjian.

"Oya ya, bukan, eh iya punya, ha hari ini?, jam berapa?, aku gak di Solo, oh sore, oke," kututup.


Ceritanya salah satu temanku, mahasiswa Filsafat UGM menghubungiku, menanyaiku beberapa hal, dan meminta tolong untuk membantu menghubungi ketua-ketua BEM Fakultas di kampus. 

"FISIP aja ya? eh aku cariin dua deh, kalau FISIP gabisa biar ada pengganti,"  ujarku

Kuhubungilah ketua BEM FISIP, kutanyai dia, dan kuberikan kontaknya ke temanku, ditambah lagi menghubungi perwakilah BEM FP.


Bersiaplah aku ke Klaten, kutengok uang di dompet, hanya bersisa selembar sepuluh ribu, selembar lima ribuan, dua lembar dua ribuan, sembilan belas ribu.

"Bisa sampai Klaten? Bisaaaaaaaa, kan ada Allah," jawabku pada diriku sendiri

Melajulah bersama teman ke Klaten, melakukan beberapa scene, dan kemudian kembali dengan perut teriris, dan berhasil wkwk aku berhasil membujuk temanku untuk makan di tempat murah yang sebut saja nasi sayur lauk tahu bakso dan es teh cuman Rp. 7.500


Jam dua siang. Setelah bermacet ria. Meneguk es teh dan istirahat, ada pesan masuk.

"Is, aku dah sampai Klaten nih, tolong carikan tempat, dan koordinasikan orang-orangnya ya," ya, dan sedikit terkejut

Belum dapat orang yang bisa datang, tidak ada kepikiran tempat, dan rasanya sebal sekali karena semua mendadak, apalagi aku baru saja datang dari Klaten.


Belum kirim tugas, belum bikin report jurnalis buat rapat malam, harus datang di janji sore hari, dan ada tamu dari Jogja, berlima. Setengah putus asa, kalau mereka datang dan belum ada perwakilan bem yang datang, mau bicara dengan siapa mereka.

"Tenaaaaang ada Allah," ujarku berulang-ulang menghibur diri.
"Bantu orang lain juga bakal dibantu sama Allah," ujarku meyakinkan diri.

Aku benar-benar bersyukur menjadi seorang muslim, karena seenggak punyanya kita, sesedih-sedihnya kita, segalau-galaunya dan segundah-gundahnya kita, kita masih punya Allah, Yang Maha Besar.

Mulai bergerilya, kuhubungi ketua BEM FK,  FH,  FT, dan FIB untuk bertemu denganku saat itu juga, randomly, spontan, dan tak tahu malu.

Kemudian berkumpullah kita semua, aku, mereka berlima, dan para menteri-menteri BEM fakultas, ternyata tawaran penyelenggaraan sebuah event yang asik dan menarik, full acommodation and facility, yang menghadirkan orang-orang penting di Indonesia.

"Kamu aktif dimana? engga di BEM to?" tanya seseorang padaku.

"Engga, aku mahasiswa kupu-kupu."

"Kupu-kupu yang memberi keindahan dimanapun kamu berada," ujar seorang yang lain.

Aku mengaminkan, sekaligus menyadari betul, bahwa bermanfaat bukanlah tentang menunggu siapa kita, apa organisasi atau lembaga yang kita ikuti, tapi tentang bagaimana diri kita sendiri yang bertekad terus menerus untuk menebar manfaat. 

Bukan karena orang lain, tapi dari diri kita sendiri.



Singkat cerita, berpindah ke malam hari, di tempat yang berbeda, sudah kuatur sedemikian rupa, beli apa dan bagaimana, kuputuskan untuk makan dengan menu yang harganya paling terjangkau. Kemudian kulihat-lihat di grup koordinator, ada kabar baik, gaji yang satu bulan yang lalu diberikan tanggal 16 karena telat, bulan ini dikabarkan sudah turun dan bisa diambil, padahal ini baru tanggal tiga. Saat rapat jurnalis tiba-tiba ada yang memberiku buku How to Master German. 

Bahasa kesukaanku yang sudah lama sekali tak kupelajari, sedikit bingung darimana temanku tahu aku interest sekali dengan Jerman. Intinya, aku senang sekali wkwk


Luar biasa! Allah Maha Baik, Maha mendengar sebelum kita berdoa, Maha mengabulkan doa sebelum kita meminta


Jangan sekali-kali meragukan Allah!!! 

Dengan uang sembilan belas ribu, aku masih bisa bertahan hidup hingga malam, bahkan bersisa, dan esok hari sudah tak kebingungan lagi karena rezeki sudah datang.

Betapa bahagianya menjadi muslim.

Aku terharu sepanjang jalan pulang, hingga di depan gerbang perumahan, aku yang lupa bawa kunci didatangi tetangga, anak kecil yang bertanya "Mau masuk Mbak?" kemudian
membukakan kunci pagar untukku.


Bahagia begitu sederhana.....

28.3.18

Quarter Life Crisis, Benarkah Harus Terjadi Lebih Cepat, yakni Pasca 20 tahun?


Hari ini, timeline sosial mediaku sedikit berisikan sebuah pesan siaran, salah seorang temanku, Ayyasy Yahya membagikan informasi tentang karyanya, sebuah buku berjudul "Life Begins at 20", jujur saya belum membaca buku tersebut karena masih dalam tahap pre-order. Berdasar review sekilas, buku itu akan bercerita tentang pemuda, pemimpin, dan bisnis. Tapi yang pasti, aku suka judul bukunya! Seruku.

Begins at 20?


Menarik ! sekaligus menimbulkan tanya, saat ini pun aku berusia 20 tahun, Benarkah aku baru akan memulai kehidupan di usiaku yang sekarang?



Pagi ini, 28/3/2018, dalam mentoring pagi Happines Family, Mas Siswandi menyebut-nyebut nama beberapa orang, (Triana Baity, Maflahah, Satryo, dan Hasna), kakak-kakakku yang baru saja, dan sedang menggarap skripsi sebagai prasyarat kelulusan dan menyambung-nyambungkannya dengan kata "Quarter Life Crisis", kata yang tak asing tapi baru aku benar-benar pahami seharian ini.

Dilematis.

Kita akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan, pilihan-pilihan, dan keputusan yang harus segera dilakukan. Tak bisa dipungkiri, akan muncul pertanyaan, pasca lulus akan bekerja atau melanjutkan pendidikan, akan menjadi apa dan seperti apa kita di masa yang akan datang. Perlukah kita kuliah S2? Haruskah kita menekuni apa yang menjadi passion kita? HaruskaH meninggalkan keilmuan kita yang telah kita pelajari bertahun-tahun? Benarkah pilihan untuk berbisnis? Kapan sebaiknya kita menikah dan berkeluarga?  serta pertanyaan-pertanyaan lainnya.


Makin asik, kataku, ujaran Mas Sis dibabat habis oleh Mbak Tria yang tak pernah mengaminkan kata Quarter Life Crisis, "Semua orang tak akan menemui krisis saat ia tahu tujuan dari hidupnya." "Kalau mau orientasi bekerja ya sudah tahu, bekerja dimana, dan bagaimana cara mencapainya, bukan lagi galau maju mundur, masih memikirkan bekerja atau kuliah lanjutan saat pilihan sudah ada di depan matanya"


Terpikirkan olehku, pilihan memang akan ada, banyak sekali, tapi bukankah yang memilih itu jumlahnya pun banyak? tak hanya kita seorang yang ada di dunia ini?


Berbicara Quarter Life Crisis, benar seperti yang diikrarkan Ayyasy, dimulai sejak usia 20. Tujuan harus segera diproklamirkan, dipetakan bagaimana mencapainya. Menyegerakan untuk menyelesaikan urusan-urusan tentang diri sendiri. Salah satunya dengan memilih, bukan menyediakan waktu yang panjang untuk berpikir dalam menentukan pilihan.


Egy Adhitama, seniorku di kampus telah membuktikan, sedikit tak dapat dipercaya, saat menduduki semester 3 (umur 19 tahun) ketika orang seusianya masih digalaukan dengan pertanyaan, "Apakah program studi yang dipilihnya tepat dan sesuai", ia telah menentukan pilihan untuk melanjutkan studi master karena baginya background ilmu pendidikan ramai di pasar dan ia tak mau menjadi yang biasa-biasa saja. Ia memberanikan diri berpartner dengan dosen dalam penelitian, mempersiapkan berkas mendaftarkan kuliah ke luar negeri, ia menghubungi profesor-profesor dari luar negeri berulang kali, hingga terkumpullah beberapa karya penelitian yang telah terpublikasikan, dan bahkan saat ini, sebelum lulus kuliah sarjana, ia telah diterima di dua universitas sekaligus, di luar negeri pula. Luar biasa bukan?


"Ada satu tantangan yang benar-benar harus ditakhlukkan, kalau pasca lulus ingin bekerja, pastikan kamu sudah dapat kerjaan sebelum diwisuda, kalau ingin lanjut S2, pastikan kamu sudah diterima di kampusnya sebelum mendapat gelar sarjana," ditambahkan oleh Mas Sis yang membuatku mengangguk-angguk dalam hati.


Quarter Life Crisis seharusnya memang harus ada, bahkan dijemput, dengan syarat sesegera mungkin, dan dipikirkan jauh-jauh hari sebelum kita menjumpai pilihan yang sebenarnya. Tujuannya agar kita tahu plan a, plan b, plan c, agar kita mampu mengatasi permasalahan, menentukan solusi terbaik, dan apa yang kita cita-citakan berjalan sesuai harapan.



Selamat menentukan pilihan!

19.3.18

Negarawan Muda Gelorakan Aksi: Cintai Negerinya, Cintai Budayanya, Lewat ACBI!




Negarawan Muda Gelorakan Aksi: Cintai Negerinya, Cintai Budayanya, Lewat ACBI!
Oleh: Isna Nur Insani/Universitas Sebelas Maret Surakarta

Bukan lautan hanya kolam susu – Kail dan jalan cukup menghidupimu – Tiada badai tiada topan kau temui – Ikan dan udang menghampiri dirimu - Orang bilang tanah kita tanah surga - Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Kolam susu. Sebuah metafora atas betapa kayanya Indonesia. Sepintas, lirik lagu yang dinyanyikan oleh grup musik Koes Ploes di tahun 60-70an tersebut menggambarkan tanah Indonesia yang bagaikan surga, sumber daya alamnya melimpah, membentang dari ufuk timur ke barat, berserak indah bak permadani di langit-langit surga. Kaya alamnya, cantik rupanya, dan menawan keanekaragaman budayanya.
Koentjaraningrat memberikan definisi budaya sebagai sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180). Kebudayaan Indonesia beragam, meliputi pakaian adat, rumah adat, bahasa, senjata tradisional, kesenian, kuliner atau masakan tradisional termasuk jajanan pasar.
           
Revitalisasi Pasar Tradisional Dukung Penuh Ekonomi Kerakyatan
Pasar tradisional menjadi salah satu penopang penting, karena keberadaaannya menjadi salah satu tolak ukur kemajuan ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan merupakan sistem perekonomian yang mana pelaksanaan, pengawasan, dan hasil dari kegiatan ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Sistem perekonomian dibangun pada kekuatan ekonomi rakyat, kegiatan dari ekonomi yang dapat memberikan kesempatan luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat terlaksana secara baik. Pasar tradisional merupakan laboratorium raksasa pelaksanaan ekonomi kerakyatan. Segala aktivitas keseharian di pasar tradisional meliputi aktivitas jual beli merupakan marwah dari pencapaian terciptanya ekonomi kerakyatan.
Dikutip dari Pemerintah Kota Surakarta, (2014:18) sebanyak 43 pasar tradisional yang ada di Kota Surakarta menjadi sasaran prioritas dalam program revitalisasi. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya saing pedagang kecil, menata Kawasan kaki lima, dan menimbulkan kesan pasar yang bersih dan nyaman. Apabila kita amati dengan saksama, pasar-pasar di Kota Surakarta memang sedang berbenah, sebut saja Pasar Gede, Pasar Gading, Pasar Sidodadi, Pasar Triwindu, Pasar Ngarsopuro, Pasar Pucang Sawit dan lain sebagainya, secara fisik program revitalisasi dari pemerintah berjalan dengan baik dan lancar.
            Ketika pasar telah dibangun sedemikian rupawan, menyediakan tempat yang nyaman untuk pedagang, lantas mengapa pada realita lapangan, pasar tradisional masih saja kalah eksis dibanding pasar modern yang kebanyakan dikapitalisasi kaum-kaum beruang? Jawabannya, karena pembangunan yang ada, revitalisasi yang berjalan, hanya menyasar fisik semata.
“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”

Negarawan Muda Terapkan Inovasi 2M+1K
Dari kacamata politik, dalam ensiklopedia, melalui Sudarsono dijelaskan bahwa negarawan atau statesman is usually a politician or other notable figure of state who has had a long and respected career in politics at national and international level.
Tidak hanya terbatas oleh definisi politis, Negarawan ialah pemimpin yang melekatkan sifat-sifat kenegarawanan pada dirinya sehingga bukan hanya menjadi pemimpin secara struktural atau dalam arti lain pimpinan, tapi benar -benar menjadi pemimpin yang memimpin dan mengayomi serta memikirkan nasib orang lain (Sudarsono, 2010).
Sebagai wujud pemasaran jajanan pasar, negarawan muda yang terdiri atas penerima manfaat beasiswa aktivis nusantara (Baktinusa) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta angkatan 3 hingga Baktinusa 7 terus melakukan upaya dalam memasarkan pasar tradisional. Salah satu upayanya adalah mengeksiskan kembali jajanan tradisional. Hal tersebut dilakukan melalui aksi cinta budaya Indonesia (ACBI) dengan membuat bisnis wirausaha jajanan pasar dan membentuk wirausahawan pasar.
Penerima manfaat Baktinusa UNS menerapkan inovasi 2M+1K yang merupakan singkatan dari Mikro-Makro + Kreativitas. Mikro merupakan inovasi yang dilakukan melalui hal-hal sederhana, berfokus pada branding produk, mengenalkan dan memasarkan kembali jajanan pasar kepada masyarakat melalui sosial media, dan lain sebagainya. Makro merupakan inovasi pengembangan pasar tradisional melalui jalur advokasi, dengan bekerjasama dengan pemerintah setempat menjadikan jajanan pasar sebagai jajanan tradisional khas daerah masing-masing.
Mikro dan Makro adalah ranah tataran kerja atau strategi yang dilakukan untuk menjayakan kembali pasar. Hal yang tak kalah penting adalah penekanan unsur kreativitas dalam melakukan dua strategi tersebut. Berikut ini inovasi program 2M+1K yang akan saya lakukan sebagai penerima beasiswa aktivis nusantara 8 UNS dalam ranah mikro, yakni dengan menerapkan program Apresiasi Pahlawan Pasar, pemberian apresiasi kepada penggerak pasar tradisional, baik penjual maupun pembeli bahwa kedatangan mereka di pasar tradisional adalah wujud menyelamatkan ekonomi kerakyatan. Apresiasi tersebut diberikan kepada penjual maupun pembeli dengan pemberian stiker dengan icon pahlawan pasar yang berguna untuk mengapresiasi, mengingatkan untuk melestarikan jajanan pasar, dan ajakan untuk kembali ke pasar tradisional kepada masyarakat luas. Program selanjutnya adalah advokasi pedagang agar keluh-kesahnya tersampaikan kepada pengelola pasar dan pemerintah setempat. Ketiga, pemetaan pasar agar lebih mudah digunakan sebagai tempat akad jual beli, dan terkhusus untuk re-branding jajanan pasar diperlukan upaya pengenalan inovasi baru yang disesuaikan dengan selera pasar kepada penjual jajanan pasar, contohnya serabi greentea keju, kue pukis hazelnut dan yang lainnya,
Program 2M+1K dalam ranah Makro antara lain berhubungan langsung dengan stakeholder pasar untuk mendukung program ini. Sebagai contoh, dengan pendekatan kepada pemerintah dan stakeholder pasar, program Apresiasi Pahlawan Pasar bisa serentak dan masif dilakukan apabila terdapat regulasi dari pemerintah.


Memasarkan Jajanan Pasar Wujud Nyata Aksi Cinta Budaya Indonesia
Ragam kuliner tradisional Indonesia merupakan pencerminan budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan nusantara. Jajanan pasar adalah makanan tradisional Indonesia yang diperjual-belikan di pasar khususnya di pasar tradisional. Jajanan pasar begitu banyak jenisnya antara lain es potong, lidi-lidian, martabak mini, gulali, arummanis, -- kue cubit, pisang goreng, mochi, martabak, serabi, lemper, klepon, getuk, kue putu, onde-onde, risol, ketan, kue lapis, dan masih banyak lagi.
Gerakan Aksi Cinta Budaya Indonesia (ACBI) merupakan salah satu wujud nyata kepedulian pemuda Indonesia untuk menjayakan kembali pasar tradisional melalui jajanan pasar. Jajanan pasar sejatinya sudah dikenal oleh masyarakat, akan tetapi kian ditinggalkan karena dianggap ketinggalan zaman. Untuk itu program-program 2M+1K yang direncanakan menjadi penting untuk direalisasikan, agar prinsip ekonomi yang memihak rakyat tidak sekarat, agar kebudayaan Indonesia terus berjaya, baik untuk saat ini, esok hari, dan selama-lamanya.
Pembangunan bisa dilakukan dengan banyak cara,
Dari sekian yang berharrga, yang utama adalah membangun manusianya!

Negarawan muda!
Mari merawat Indonesia dengan membiarkan jantung perekonomian rakyat tak pernah surup masa kejayaannya!

Referensi:
Anwar, Rosihan. Sutan Sjahrir: negarawan humanis, demokrat sejati yang mendahului zamannya. PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota Surakarta, Revitalisasi Pasar Tradisional Solo, Surakarta: Dinas Pengelola Pasar, 2014.
Liliweri, Alo. Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. PT LKiS Pelangi Aksara, 2003.


*sumber foto: Pinterest

17.2.18

Tidak Ada yang Tidak Mungkin, Bila Kita Bersungguh-sungguh!


Banyak orang mengutarakan impiannya lewat angan dan kata-kata,
Tapi mereka lupa untuk merealisasikannya dengan tindakan nyata.

Sering kita merasa mencintai sesuatu, tapi kita tak pernah maksimal merawat cinta itu dikarenakan banyak hal. 


Mengutarakan Mimpi dari Hati Terdalam disertai Keberanian Diri

Meluruskan niat, membersihkan hati dari semua kemungkinan teburuk, membersihkan hati dari perasaan ingin dikenal sebagai seseorang yang berjasa, meluruskan niat untuk semurni-murninya kebaikan.

Tak bisa dipungkiri, mimpi-mimpi yang telah kueja dalam kata dan kutulis dalam lembaran-lembaran impian tak kusegerakan kueksekusi. Terkatung-katung sekian waktu lamanya.  

Waktu berlarian tanpa ampun menertawaiku, menertawakan ketakutanku untuk memulai dan melangkah lebih jauh, ia menikamku dengan perasaan sedih dan gelisah setiap saat karena mimpi yang tak kunjung terealisasi.


Tentang doa yang mengetuk pintu Arsy-Nya

Salah satu ujaran kakak inspiratifku, Kak Tria terngiang-ngiang dalam benakku. Tentang doa siapa yang paling mustajab dan dikabulkan olehNya. 

Kita yang tak pernah tau, doa siapa yang paling kuat mengetuk pintu langit, doa siapa yang tersampaikan dengan teramat tulus, dengan tangis terisak, dengan jiwa yang benar-benar tulus menghadap dan berserah diri kepada-Nya.

Kak Tria mengajarkan bagaimana kekuatan jamaah sangat diperlukan, khususnya dalam menjalankan peran mengantarkan doa. Itulah mengapa Kak Tria selalu berpesan untuk kami, adik-adiknya untuk saling mengutarakan doa dan saling mendoakan saudaranya.

Teringat saat itu, sekitar awal Desember, menuju libur semester ganjil, dalam mentoring AAI kusampaikan dalam forum, kuutarakan mimpi terbesarku di tahun 2018 dan kupinta kepada mereka untuk bergotong royong membantuku menyampaikan doa ke langit.

"Bismillah, ketika kita punya hajat kita diminta untuk berdoa. Katanya kita tak penah tahu doa siapa yang bak busur panah melesat ke tempat yang tepat, yakni di pintu Arsy Nya. Tahun 2018 nanti ada 2 keinginan terbesar Isna, berhasil merealisasikan mimpi membangun gerakan mengajar untuk mahasiswa UNS dan diterima menjadi penerima manfaat beasiswa A, bantuin doa ya. Siapa tahu doa temen-temenlah yang mampu mengantarkan doa Isna ke langit dengan kekuatan Jamaah," 

"Aamiin, bismillah" jawab mereka semua

Aku tersenyum-senyum, hati bergemuruh dan niat merealisasikan mimpi menjadi semakin kokoh.

Allah yang Maha Mendengar,

Merawat Mimpi dan Cinta serta Merealisasikannya

Awal perjumpaanku dengan kecintaan terhadap gerakan mengajar, 

Aku mencintai anak-anak dan segala tingkah unik mereka, mencintai setiap hal yang menurutku ajaib.

Kupikir, semua anak di dunia ini ajaib, mereka memiliki tinta masing-masing dan menggoreskannya dengan pena yang berbeda-beda untuk mengukir lukisan kehidupan yang indah.

Sayangnya tak kesemuanya memiliki pena untuk melukis, tak semua tinta mereka dalam kondisi yang bagus, dan tentu saja tak semuanya jago melukis.

Ada dari mereka yang memiliki kesempatan untuk membeli pena, ada dari mereka yang dapat kembali mengisi ulang tinta mereka untuk melukiskan cerita mereka, ada dari mereka yang memiliki banyak cadangan kertas sebagai sarana melukis, dan tentu saja ada bagian dari mereka yang senang sekali didorong kuat-kuat oleh orang tuanya untuk melukis dengan cara terbaik.

Disisi lain akan ada pula, mereka yang kehilangan penanya, mereka yang kehabisan tinta, mereka yang serampangan melukis hingga kertas mereka rusak tak terobati. Ada yang menyerah berjuang dan menyingkirkan jauh-jauh tinta-tinta mereka.

Harapan kami, sesedikit-sedikitnya, kita berperan.
Menjadi pembimbing mereka agar tak salah menorehkan tinta



Alhamdulillah, tidak ada yang tidak mungkin di dunia apabila kita bersungguh-sungguh dan konsisten mau merealisasikannya.

Segala proses yang tersusun, tim yang tercipta, persiapan dan keberlangsungan acara sesingkat-singkatnya

Alhamdulillah, Allah kabulkan mimppi dan mudahkan jalan untuk merealisasi.

Semarak Inspirasi