;

12.6.17

Menjadi Yang Dicintai


Akhir-akhir ini saya mempertanyakan beberapa hal,

Terkait pemimpin, kepemimpinan, dan satu kata tambahan, 'Yang Dicintai'

Setiap orang bisa menjadi pemimpin, bisa mengarahkan, bisa menjadi panutan, bisa membahagiakan orang lain, dan bisa tentunya menjadi role model bagi orang lain.

Mungkin saya dan teman-teman yang membaca tulisan saya ini sudah khatam akan makna definitif kata pemimpin.

Dengan menjadi pemimpin seseorang bisa mengajak, mempengaruhi, dan membuat orang lain melakukan apa yang pemimpin katakan.

Menjadi pemimpin memang terlihat keren, terlihat gagah, dan memiliki kekuasaan lebih dibanding mereka yang dipimpinnya.

Mungkin teman-teman yang membaca tulisan saya ini pun sejatinya merupakan pemimpin, yang memimpin dirinya sendiri, yang memimpin orang lain baik dengan sengaja maupun tidak.

Tentunya, ada pemimpin yang baik, ada pula pemimpin yang buruk. Ada yang sanggup membawa kebaikan, ada yang justru sebaliknya.

Semenjak saya berada di lingkungan kampus, tempat bejibunnya organisasi-organisasi mahasiswa dengan berbagai bentuk dan jenis, saya merasakan dengan sangat bahwa sungguh pemimpin bisa ketemukan dimana saja.

Akhir-akhir ini pula saya yakini bahwa hal terpenting bagi seorang pemimpin adalah bagaimana ia mampu merebut hati orang-orang yang dipimpinnya dan menjadikan ia sebagai sosok 'Yang Dicintai',

 'Yang Dicintai'

Tanpa hal tersebut, kepemimpinan seorang pemimpin hanyalah seperti kalender lama yang kemudian terbuang, awalnya digunakan, dianggap sangat penting, dielu-elukan, tetapi setelah habis masanya ia ditanggalkan dan diganti dengan yang baru tanpa menyisakan kesan dan kenangan.

Seperti contoh, kita memiliki ide brilian, ide hebat yang kemudian kita anjurkan kepada orang lain, kepada siapapun yang kita pimpin, kita pengaruhi siapapun yang kita ketemui dan mereka pun terpengaruh. Mereka akan melaksanakan. Pasti. Apalagi kita adalah sosok pemimpin dalam arti pemimpin struktural. Namun, ketika kita bukan merupakan pemimpin 'Yang Dicintai' setelah habis masa kita memimpin, habis sudah ide kita karena dilaksanakan sebagai program oleh orang-orang yang kita pimpin.

Berbeda ketika kita merupakan pemimpin 'Yang Dicintai', orang-orang yang kita pimpin akan menjadikan kita benar-benar role model, menjadikan ide kita sebagai sesuatu yang solutif dan membawa kebermanfaatan, sehingga akan dilaksanakan secara kontinyu. Selain itu, tentu saja kita akan menjadi pemimpin sepanjang masa, karena meskipun masa kepemimpinan kita sudah habis, kita tetap menjadi pemimpin bagi siapapun yang kita pimpin, bagi orang-orang di sekitar kita karena kita merupakan pemimpin fungsional (red: pemimpin berdasarkan fungsi, bukan berdasarkan struktur).

Menjadi 'Yang Dicintai', saya tidak berbicara arti kepemimpinan dalam lingkup yang luas, pemimpin bukan saja ia yang mempunyai kuasa besar, yang mempunyai banyak pasukan, melainkan kepada setiap kita, setiap pemimpin yang ada di muka bumi ini, setiap kita yang terlahir untuk mampu memimpin diri kita dan menjadi makhluk sosial yang membutuhkan dan dibutuhkan orang lain.

Mari berlomba-lomba menjadi 'Yang Dicintai'

Yang dicari ketika tidak ada, yang dirasakan manfaatnya ketika ada, dan senantiasa dibutuhkan orang lain, yang senantiasa mampu sebisa mungkin tidak mengecewakan orang lain.

Bismillah, mari kita sama-sama mengikhtiarkan diri kita menjadi 'Yang Dicintai'

0 comments:

Post a Comment