;

3.4.18

Jangan Sekali-kali Meragukan Allah



Aku bangun cukup kesiangan pagi ini, seperti biasa, bergegas sholat shubuh dan kali ini bersiap-siap menuju Klaten untuk take video tugas kuliah.

Kulihat handphoneku, ada pesan dari orang yang sama di tiga jejaring sosial mediaku.

"Ada apa nih? Pasti penting," ujarku dalam hati tanpa menghentikan tanganku yang sedang mengaitkan jarum ke jilbabku. 

Panggilan telepon.

Kugeser pola telepon warna hijau di layar gawai dan kupulih loudspeaker agar aku tetap menyelesaikan aktivitasku (meng-set kerudung pashmina). Aku memburu waktu pagi ini karena terlambat dari waktu janjian.

"Oya ya, bukan, eh iya punya, ha hari ini?, jam berapa?, aku gak di Solo, oh sore, oke," kututup.


Ceritanya salah satu temanku, mahasiswa Filsafat UGM menghubungiku, menanyaiku beberapa hal, dan meminta tolong untuk membantu menghubungi ketua-ketua BEM Fakultas di kampus. 

"FISIP aja ya? eh aku cariin dua deh, kalau FISIP gabisa biar ada pengganti,"  ujarku

Kuhubungilah ketua BEM FISIP, kutanyai dia, dan kuberikan kontaknya ke temanku, ditambah lagi menghubungi perwakilah BEM FP.


Bersiaplah aku ke Klaten, kutengok uang di dompet, hanya bersisa selembar sepuluh ribu, selembar lima ribuan, dua lembar dua ribuan, sembilan belas ribu.

"Bisa sampai Klaten? Bisaaaaaaaa, kan ada Allah," jawabku pada diriku sendiri

Melajulah bersama teman ke Klaten, melakukan beberapa scene, dan kemudian kembali dengan perut teriris, dan berhasil wkwk aku berhasil membujuk temanku untuk makan di tempat murah yang sebut saja nasi sayur lauk tahu bakso dan es teh cuman Rp. 7.500


Jam dua siang. Setelah bermacet ria. Meneguk es teh dan istirahat, ada pesan masuk.

"Is, aku dah sampai Klaten nih, tolong carikan tempat, dan koordinasikan orang-orangnya ya," ya, dan sedikit terkejut

Belum dapat orang yang bisa datang, tidak ada kepikiran tempat, dan rasanya sebal sekali karena semua mendadak, apalagi aku baru saja datang dari Klaten.


Belum kirim tugas, belum bikin report jurnalis buat rapat malam, harus datang di janji sore hari, dan ada tamu dari Jogja, berlima. Setengah putus asa, kalau mereka datang dan belum ada perwakilan bem yang datang, mau bicara dengan siapa mereka.

"Tenaaaaang ada Allah," ujarku berulang-ulang menghibur diri.
"Bantu orang lain juga bakal dibantu sama Allah," ujarku meyakinkan diri.

Aku benar-benar bersyukur menjadi seorang muslim, karena seenggak punyanya kita, sesedih-sedihnya kita, segalau-galaunya dan segundah-gundahnya kita, kita masih punya Allah, Yang Maha Besar.

Mulai bergerilya, kuhubungi ketua BEM FK,  FH,  FT, dan FIB untuk bertemu denganku saat itu juga, randomly, spontan, dan tak tahu malu.

Kemudian berkumpullah kita semua, aku, mereka berlima, dan para menteri-menteri BEM fakultas, ternyata tawaran penyelenggaraan sebuah event yang asik dan menarik, full acommodation and facility, yang menghadirkan orang-orang penting di Indonesia.

"Kamu aktif dimana? engga di BEM to?" tanya seseorang padaku.

"Engga, aku mahasiswa kupu-kupu."

"Kupu-kupu yang memberi keindahan dimanapun kamu berada," ujar seorang yang lain.

Aku mengaminkan, sekaligus menyadari betul, bahwa bermanfaat bukanlah tentang menunggu siapa kita, apa organisasi atau lembaga yang kita ikuti, tapi tentang bagaimana diri kita sendiri yang bertekad terus menerus untuk menebar manfaat. 

Bukan karena orang lain, tapi dari diri kita sendiri.



Singkat cerita, berpindah ke malam hari, di tempat yang berbeda, sudah kuatur sedemikian rupa, beli apa dan bagaimana, kuputuskan untuk makan dengan menu yang harganya paling terjangkau. Kemudian kulihat-lihat di grup koordinator, ada kabar baik, gaji yang satu bulan yang lalu diberikan tanggal 16 karena telat, bulan ini dikabarkan sudah turun dan bisa diambil, padahal ini baru tanggal tiga. Saat rapat jurnalis tiba-tiba ada yang memberiku buku How to Master German. 

Bahasa kesukaanku yang sudah lama sekali tak kupelajari, sedikit bingung darimana temanku tahu aku interest sekali dengan Jerman. Intinya, aku senang sekali wkwk


Luar biasa! Allah Maha Baik, Maha mendengar sebelum kita berdoa, Maha mengabulkan doa sebelum kita meminta


Jangan sekali-kali meragukan Allah!!! 

Dengan uang sembilan belas ribu, aku masih bisa bertahan hidup hingga malam, bahkan bersisa, dan esok hari sudah tak kebingungan lagi karena rezeki sudah datang.

Betapa bahagianya menjadi muslim.

Aku terharu sepanjang jalan pulang, hingga di depan gerbang perumahan, aku yang lupa bawa kunci didatangi tetangga, anak kecil yang bertanya "Mau masuk Mbak?" kemudian
membukakan kunci pagar untukku.


Bahagia begitu sederhana.....