;

4.12.16

Layar dan Balik Layar


Eksistensi. Siapa pun membutuhkan pengakuan atas dirinya. Eksistensi bisa berarti muncul atau terlihat, terlihat dimana pun, baik di dunia nyata maupun di dunia maya lewat saluran-saluran media baru yang menjamur di tangan-tangan siapa saja melalui ponsel pintar mereka.

Semakin banyak saja perlombaan-perlombaan untuk mengejar pengakuan orang lain lewat eksistensi yang ditampakkannya. Memang sih terlihat baik hampir menjadi goal of life setiap makhluk di muka bumi, hanya saja kompetisi demi kompetisi yang digelar semakin membuat semuanya runyam. Baik buruk seseorang memang mencitrakan dirinya untuk diterima publik, berkaitan langsung dengan personal branding seseorang. Namun, lagi-lagi kebanyakan orang terlalu ambisius untuk terlihat baik, bukan memperbaiki dirinya.

Berbicara mengenai eksistensi diri melalui sosial media, dalam dunia nyata pun masih sangat sering kita jumpai orang-orang yang memang terlihat selalu ingin tampil di depan untuk dikenal, untuk eksis, sampai melupakan bagaimana cara menjalankan kepentingan umum dengan baik dan lebih baik lagi, bahkan malah khilaf dan mengejar eksistensi untuk kepentingan pribadi belaka.

Mereka ibarat berlomba-lomba untuk menjadi selebriti, nampang di layar-layar untuk dipertonton orang, dengan memamerkan kebaikannya, kecantikannya, ketampanannya, kekayaannya, keeksisannya, dan sebagainya. Dengan menjadi selebriti, bagi mereka mungkin tercapai goal of life nya, dianggap baik di muka umum, padahal untuk menjadi bermanfaat untuk orang lain bukan hanya dengan tampil dan memperlihatkan siapa kita. 

Sering kita berpikir, untuk menjadi bermanfaat kita harus punya kuasa, harus punya digdaya untuk mempengaruhi orang lain, untuk mencapai visi yang kita inginkan yang menurut kita, kita bisa membawa perubahan. Dengan kekuasaan yang kita punya, kita bisa memerintah, menyabda kepada orang-orang di sekeliling kita untuk melakukan apa yang kita inginkan dengan embel-embel kepentingan bersama. Kita harus ada di depan layar, harus menjadi artisnya, harus bisa mempengaruhi orang dengan apa yang kita punya. 

Bukankah untuk bermanfaat bukan hanya ketika kita menjadi artis di depan layarnya saja? Meskipun kita menjadi artisnya sekalipun, kita tidak pernah sendiri bukan? Banyak figuran yang mendukung. Banyak invisible hand yang menggerayangi keputusan-keputusan kita bukan? Untuk bermanfaat tidak harus terlihat di depan umum kok, berbuat baik tidak harus diketahui banyak orang. Tidak harus terlihat di dalam layar, coba kita tengok invisible-invisible hand yang ada di balik layar. Tokoh-tokoh baik yang menyokong suksesnya sebuah kepemimpinan tanpa embel-embel apapun. 


0 comments:

Post a Comment