;

11.3.19

Berkarya atau Mati




Setiap orang yang kita ketemui di jalan sejatinya adalah ladang pembelajaran.

Hari itu cukup padat rasanya, aku dan adik organisasiku harus menunggu salah seorang pejabat kampus untuk merealisasikan usulan kami di Ikatan Mahasiswa Berprestasi UNS.
Kami menunggu sambil mengobrol, banyak hal, dan dari kesemuanya kesimpulannya adalah tentang peran.



Kami mengingat-ingat, betapa banyak jajaran orang-orang yang terkenal di kampus akan tenggelam begitu saja setelahnya bila tak ada karya pendukung lainnya.

Seorang menteri atau presiden di BEM akan dikenal di tahun itu saja, oleh orang-orang di lingkarannya saja, di satu kabinet di BEM itu saja dan selanjutnya akan mudah terlupakan oleh generasi selanjutnya.

Seorang mawapres pun begitu. Euforia kemenangan hanya sekejab, diingat hanya sepintas, dibanggakan hanya sekilas waktu saja, hingga waktu bergulir, dan Mawapres tahun selanjutnya diumumkan.

Everything will change.
Kejayaan itu sementara.

Dan niat akan menjadi penentu di dalam diri kita.
Bila senantiasa ingin dikenal orang, maka haus eksistensi yang akan kita dapatkan
Bila tak dikenal orang, maka kecewa yang akan kita rasakan.

Bila niat kita bermanfaat untuk orang lain,
Pasti justru kita akan terus menerus termotivasi untuk membuat karya-karya baru.

Bila gajah mati meninngalkan gading, manusia mati meninggalkan karya
Kalau kita tidak berkarya, lantas akan dikenang sebagai apa?

Bila di dunia saja kita tidak berkarya dan berdampak
Lantas kita akan dikenang sebagai apa?

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Saya suka dgn ini ☺ Membuka pemikiran saya. Terima kasih

    ReplyDelete